Monday 2 July 2012

About: mb dew dan si ijo ^^

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Entah kenapa mood menulis saya buruk akhir2 ini. Saya belum terbiasa menulis rutin. Satu-satunya yang membuat saya betah nulis berlama-lama baru sebatas deadline. Fiuh... saya lebih sering sibuk dengan pikiran saya sendiri tanpa dituliskan setelahnya...:(

Sebenarnya tulisan ini sudah dibuat sejak bulan mei lalu. Start awal mei setelah satu jam saya habis menyantap si ijo manisnya mbak dew. Tidak ingin langsung berkomentar, sebab ingin memberi tulisan ini sebagai surprise. Tapi lagi-lagi terbentur mood. Sampai hari ini saya berazzam merampungkannya. Suer mbak! Hari ini selesai.^^

Faricha hasan. Saya mengenal nama itu di dumay saat moment lomba menulis cerpen bertema juara yang diadakan taman sastra. Lomba yang pertama kali saya ikuti di dumay setelah saya kembali menonaktifkan fb dengan niat “hanya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas nulis”. Awalnya saya sedang berselancar di note note para saingan juara, hehe. Untuk membandingkan rumah saya dengan rumah mereka. Beberapa tulisan tidak sampai habis saya baca. Beberapa sudah saya tebak intinya sebelum saya selesai membacanya. Tapi lain hal dengan rumah satu ini, rumah kaca berselimut embun namanya. Ia habis saya lahap kurang dari 1 menit. Wow! Saya sangat terkesan dengan tulisannya. Sangat ringan dan renyah. Seperti menyantap cemilan enak tanpa terasa sudah habis. Khas sekali!

Spontan saya mengadd pemilik rumah itu, dan mengirimnya sebait pesan kesan juga saran. Faricha hasan. Saya baru ngeh ternyata nama itu mirip dengan nama saya, sama sama berinisial FH. Dan akhirnya saya tau, nama aslinya dewi. Mb dew. Begitu orang-orang memanggilnya di status or komen.
Saya bukan termasuk orang yang mudah berteman akrab dengan orang lain di dumay. Apalagi di fb yang dalam rencana saya saat itu –tidak lama2-. Tapi mb dew, penulis keren ini adalah pengecualian. Ia sangat menginspirasi. Meski saya jarang komen ataupun mampir di pondoknya. Selalu ada dari mb dew yang membuat saya berucap dalam hati: iya juga ya. Oh gitu ya?....hehehe (sering ngintip status n note,hihihihi)

bentar-bentar, sebenernya niatnya mo bahas si ijo kok......hadehhhh...
Ok. Pending dulu tentang mb dew. Sekarang kita bahas si ijo. :D
***
Buat saya. Barter antologi cerpen dengan sebuah novel itu sangat tidak seimbang. Tidak adil. Tulisan di kumcer yang cuma seiprit, kok mau dibarter tulisan di novel yang lebih dari seratus halaman. Ga adil kan? Tapi, buat mb dew itu ga masalah (alhamdulillah), mungkin karena dia sangat ngefans dengan tulisan saya,wkwkwkw (geje mb:P). Akhirnya kesepakatan dibuat. Si ijo nyampe duluan di lampung^^, meski proses sampainya ia di tangan saya cukup menjengkelkan (plis mbak, jangan pake jasa pos itu lagi deh lain kali, lupa namanya apa?masa anum disuruh ketemuan di depan mol alesannya kejauhan rumahnya, trus pas udah nunggu eh dia bilang besok aja paket masih aman. Hadeh bolak balik ;(“...)

Saya senyum2 membaca surat cinta mb dew, disitu juga ada tulisan keren: when we believe, miracle happens, tu kan selalu menginspirasi^^. Eh saya lebih senyum2, lebar banget malah. Girang sangat setelah menemukan nama saya di deretan thanks to....huwaaaaa ini pertama kalinya may nem nyantol di karya sastra euy ;D. *syukron mb, mb juga guru menulisku loh....suer tekewer kewer* Namaku ada di dalam tubuh si ijo. Si ijo yang buat saya kesengsem pas liat wajahnya yang sejuk itu;)

Mozaik sekeping hati, tentu saja bercerita tentang hati dan apa yang dirasakan oleh hati. Hati seorang Leya. Kembali bertemu dengan si pengisi hati, yang ditakdirkan tidak menjadi penghuni hatinya. Kak ical bersama anak dan istrinya, kak Iza. Wah, kebayang gimana rasanya?

Hmm,,,sakit pasti (sok tau) kalo ‘rasa’ itu masih ada, lebih sakit lagi (amat sok tau) kalo dari sikapnya si raja tega bernama kak ical (yang menurutku sebagai pembaca juga sangat tega! Esmosi) itu seolah-olah masih ada ‘rasa’. Selalu begitu. Setiap kali hati terbentur pada sesosok lelaki, dan benturan itu tepat mengenai inti hati, lantas byar! Hati berbentuk keping-keping yang hanya bisa disusun oleh si penghancur. Eh tau2nya dia ga bisa (ditakdirkan untuk ga bisa) menyusun kembali kepingan2 itu. Setelah susah payah disusun lagi tanpa tau benar2 tersusun atau tidak. Dia datang lagi, membentur hati,
“Aku benar-benar kehilangan kamu.”
lantas byar!
Hancur lagi!
Nah loh?
Hehehehe...
Dia ga bisa (memang ditakdirkan untuk ga bisa) menyusunnya lagi. Dia cuma bilang,
“Aku hanya menganggapmu sebagai adik.”
Fiuuhhh...kasian....
Hehehehe...

Ah, saya jadi teringat dengan kata2 seorang teman dari kaum mars juga,
“Kalau berteman dengan cowok, jangan pake hati.”
Again, saya pun pernah denger lirik lagu dri boyband, kalo ga salah max5
“Sudah kubilang jangan pakai hati...kalau ga mau patah hati....” kira-kira gitu liriknya.
Ah, emang ga baik main-main dengan hati. Main dengan api. Mending main hujan aja. Hujan-hujanan.
Kembali ke note....

Terlepas dari perbedaan apa yang difikirkan dan dirasakan para kaum mars maupun kaum venus (yang emang suka ga nyambung). Novel ini lebih menekankan pada penerimaan kita, sebagai hamba, terhadap takdir yang telah Allah tentukan. Leya diuji penerimaannya atas takdir Allah, bahwa kak Ical (anum ga suka dengan orang ini, mbak. Hehe) bukan jodohnya. Pun menyadarkannya pada sesosok lelaki bermata teduh yang sederhana, Fajar (nah, yang ini suka. Mehehehe), ada nama itu di sekeping hati Leya. Intinya kita baru merasa kehilangan setelah ia tidak ada di sebelah kita. Dan beruntungnya leya adalah si fajar masih bisa kembal i untuknya...hepi ending^^. hmmmm, puisi dibagian akhir...so...
Cinta yang sederhana...
(apa mereka ga tau, itulah yang wanita mau) geje.com

Ending yang romantis, tapi lebih romantis kalo diceritain mereka nikah mbak,hehehehe.
Ga ada kritik berarti kok mb untuk si ijo. Alurnya pas, enak banget. Lagilagi khas mb dew, renyah! Ada beberapa salah ketik aja. Ingetnya yang di halaman 139 ‘mengenalkanmu’ harusnya ‘mengenalkanku’. Trus anum kecele mb, kirain leya itu aleya eh ternyata adelia. Ini mah nyambungnya juga aleya. Jadi sapa yang salah? :D wkwkwkwk

Intinya saya menikmati si ijo tanpa komentar ‘kritik kurang’ dari novel ini. Mb dew udah berhasil membuat novel keren, dan saya iri. Novel ini diterbitkan juga. Lagi-lagi ‘saya iri’. Pesan yang amat dalam (ini kan kekuatan kritik anum mb, ternyata di si ijo ga berlaku) alhamdulillah saya dapat. Takdir Allah. Jujur, saya termasuk orang yang sedang dilema dengan takdirNya. Allahu Robbi. Engkau pasti merengkuh kami. Tengkyu jiddan mba*_*

“tak ada yang lebih baik daripada yang telah ditakdirkan Allah, karena itu kami rela, mesti tak sepenuhnya mengerti. Karena yang terindah adalah rahasia.” D. Zawawi Imron
 ***
Faricha hasan. Adalah sahabat di dumay yang spesial buat saya. Tanpa ia sadar, banyak yang saya pelajari darinya. Pun termasuk saat dengan spontan ia mengenalkan saya pada dua orang mahluk adam (again, saya termasuk orang yang susah akrab dengan orang di dumay, apalagi laki-laki,hehehe). Tapi seperti mb dew, kedua orang ini (mas ibnu dan mas aw) pun menginspirasi. Lagi-lagi membakar semangat menulis saya. Mereka bertiga ini sangat rutin menulis. Note penuh, blog ga pernah sepi. Selalu terisi. Wah,,,,,saya butuh berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menulis 1 note saja. Tengkyu spiritny! Tengkyu inspirasiny!
Suatu hari saya ingin kopdar ke pondok kupu2nya mb dew.
Berikut pondok hati dan pondok delima.
Dan mereka bisa main ke pondok autumn saya.
Juga danau ranau karnau.....:D
Semoga

Pondokautumn, 2 Juli 2011