Monday 26 March 2012

i'm promise


seseorang mengatakan ini pada saya:

Sederhana



Bagi saya, sederhana adalah cukup dalam kondisi apapun. Tak tersandung dalam situasi buruk, namun juga tak silau dengan keserbaadaan. Jika setiap orang memiliki check list ‘true’ dan ‘false’, maka check list kedua setelah iman buat saya adalah ini: SEDERHANA


Sederhana. Adalah mengenal. Mengenal fungsi dan manfaat dengan baik. Tak berlebihan. Sinergi antara ilmu dan penghambaan padaNya. Ah, sederhana. Betapa saya sedang belajar mata kuliah itu pada universitas kehidupan yang kita jenjangi setiap semesternya, kawan.

Friday 16 March 2012

Skor!

100

tak ada yg tahu alasan angka itu begitu saja bertengger diatas kepalamu. Tak sekali. Berkali-kali. Ingatan kian menguat. Kau, menjadi penghuni kelas VIP dalam hidupku

99

aku mengenalmu dlm kesederhanaan. Entahlah sikapmu begitu. Skor itu menghilang satu. Mungkin ditelan prasangka yg kuyakin bukan sekedar kata.

60

mungkin karena cuaca setahun terakhir amat panas. Lantas sorenya hujan deras. Skormu menguap. Hilang tiba-tiba diguyur hujan

50

tidak ada yg sempurna. Hidupmu. Hidupku.

20

kau menggores luka. Menumpahkan duka.

0

baik-baik kawan. Tetaplah terang seperti bintang. Tak perlu menoleh lagi. Sebab percuma. Tak ada lagi aku dsana. Good bye!

tentang ayah-ayah kita


Sesore itu, aku masih betah berlama-lama di kosanmu. Sedari siang kita berjibaku mengerjakan tugas paper ini itu. Lantas melanjutkannya dengan obrolan santai.

Yang kuingat dari rantai cerita kita, adalah satu tema. Tentang ayah. Ayah-ayah kita. Ada sepiring gorengan dan dua gelas air bening di depan kita. Menjadi imbuhan dalam irama cinta yang kita dendangkan untuk mereka berdua: ayahmu dan ayahku.

Awalnya saat aku menangkap frame diatas meja belajarmu. Sepasang pengantin yang sudah kutebak adalah ayah dan ibumu.

sebab akibat

Ya Allah, jika aku diberi kesempatan untuk menjadi orang tua. Demi jiwaku yang ada di genggamanMu. Aku tidak akan pernah meluapkan amarah tidak pada tempatnya. Tidak akan ada satu ekor hewan pun yang keluar dari mulutku untuk mereka. Tidak akan ada ucapan kotor semili pun untuk mereka. Tidak akan ada pukulan yang menyakitkan. Tidak akan ada rasa sakit bersemayam di hati mereka karena perlakuanku. Aamiin ya robbal 'alamiin

this morning, again

Kenapa ya, selalu terjadi hal seperti ini? Flash demi flash terus terlihat di pelupuk mata. Ini yang keberapa kali? Entah

kenapa ya, setiap hal ini terjadi... selalu terbayang satu wajah...

~~ terbayang satu wajah, penuh cinta, penuh kasih... Terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan

miss u grandma... *_*

Tes tes tes

"indah ya?"

apa?

"bintang yg paling terang itu"

oh, iya. Aku sering menatapnya dr sudut harap. Menikmati tiap kerlipnya yg kian menawan.

"oh ya? Kau menyukainya?"

tentu. Siapa yg tak mau berlama-lama menyusuri tiap kilaunya? Bisa kubilang, indahnya membuat mataku enggan menoleh kmana-mana.

"lantas, bagaimana dgn bintang yg itu?"

yang mana? O yg nyaris tak terlihat itu?

"iya. Apa kau menyukainya?"

mungkin.

"mungkin?"

iya, mungkin.

"kau tahu, aku justru menyukai bintang itu"

yang mana? Yg nyaris tak terlihat?

"iya. Menatapnya lama-lama seperti berkaca pd hati"

maksudmu?

sky and me

Seminggu terakhir, aku mulai bercermin pd langit. Pagi mendung. Siang panas. Sore hujan. Malam basah. Pagi berkabut. Siang hujan. Sore basah. Malam kian dingin.

Aku sudah terbiasa bercermin pada langit. Bahkan sejak kemarin. Wajah yang sama. Pagi mendung. Siang mendung. Sore mendung. Malam mendung.

skor

100

tak ada yg tahu alasan angka itu begitu saja bertengger diatas kepalamu. Tak sekali. Berkali-kali. Ingatan kian menguat. Kau, menjadi penghuni kelas VIP dalam hidupku

99

aku mengenalmu dlm kesederhanaan. Entahlah sikapmu begitu. Skor itu menghilang satu. Mungkin ditelan prasangka yg kuyakin bukan sekedar kata.

Tentang Ayah Ayah Kita

Sesore itu, aku masih betah berlama-lama di kosanmu. Sedari siang kita berjibaku mengerjakan tugas paper ini itu. Lantas melanjutkannya dengan obrolan santai.

Yang kuingat dari rantai cerita kita, adalah satu tema. Tentang ayah. Ayah-ayah kita. Ada sepiring gorengan dan dua gelas air bening di depan kita. Menjadi imbuhan dalam irama cinta yang kita dendangkan untuk mereka berdua: ayahmu dan ayahku.

Awalnya saat aku menangkap frame diatas meja belajarmu. Sepasang pengantin yang sudah kutebak adalah ayah dan ibumu.

Sore itu kita bercerita, tentang ayah-ayah kita.

“Ayahku tak lagi bersamaku. Beliau meninggal dunia saat aku masih kelas satu SMA.” Matamu tak lepas dari frame itu. Menatap penuh. Pun juga aku

Tak ada cerita yang panjang sebenarnya. Ceritamu singkat dan jelas. Namun yang terdengar oleh telingaku adalah nada-nada rindu. Aku mendalami sosok teduh itu. Raut senyumnya yang kaku menandakan ketegasan, kumisnya yang tipis, wajahnya yang sedikit cekung, kulitnya yang gelap, juga tatapan matanya yang teduh. Semua itu milik ayahmu. Juga milik ayahku.

 “ayahmu mirip sekali dengan ayahku.” Aku memecah hening setelah ceritamu berakhir.

“oh, ya?” matamu sedikit berbinar. Rindu yang memantul semakin jelas terlihat olehku. Aku mengangguk cepat.

Sore itu kita bercerita, tentang ayah-ayah kita.

Tentang betapa kekagumanku atas sosok ayahku, tak sejalan dengan keakrabanku dengan beliau. Ayahku yang idealis, paham agama, dermawan, suka berkebun dan memelihara ikan. Ayah nomor satu. Namun mengapa aku tak pernah bisa mengobrol banyak dengan beliau? Atau bercanda. Tertawa, bahkan bercerita tentang ini itu. Tentang sekolahku, teman-temanku, atau mungkin tentang seseorang yang mencuri simpatiku. Tak pernah. Pertanyaan yang kujawab sendiri kala itu.

“Ayahku memang tipe ayah yang pendiam. Aku juga. Namun kalau ayahku sudah bercerita, itu adalah cerita yang luar biasa.”

Wajahmu sumringah mengimbangi tawaku. Cerita favoritku dari ayahku adalah cerita masa ia remaja dulu. Berani, tegas, lucu, spontan. Bahkan kau saja bisa ikut tertawa kala aku mengulang cerita itu kepadamu bukan?

Aku terbiasa menjalani hari-hari tanpa mengobrol banyak dengan ayahku. Mungkin karena terbiasa, rasa kehilangan akan ketidaktahuannya dalam berbagai episode juga rasa yang mampir dalam diriku tak begitu kurasakan. Aku tak tahu bagaimana rasanya kehilangan. Sesuatu yang mungkin tengah kau rasakan. Aku merasa semua baik-baik saja.

Sore itu kita bercerita, tentang ayah-ayah kita.

Satu hal yang diam-diam terniat dalam hati. Satu titik balik dalam diriku. Aku bertekad untuk mulai belajar mengobrol sepatah dua patah kata dengan ayahku. Usaha yang ternyata sangat sulit. Beberapa kali aku berfikir keras ‘mau tanya apa?’ ‘mau bicara apa?’ sepanjang jalan aku dan ayahku berangkat bersama pagi itu. Hingga sampai kampus, hanya satu kalimat yang keluar dari lisanku,’anum kuliah bi, assalamu’alaikum.’

It’s sound funny? Yah, lucu memang. Butuh berhari-hari bagiku untuk bisa bertanya satu pertanyaan yang ternyata dijawab cukup panjang oleh beliau. Kau tahu, aku bersorak dalam hati detik itu. Mulai meniti kembali rajutan pelajaran ‘akrab dengan ayah’ berikutnya.

“Aku merindukan ayahku, num.” satu kali sms itu mampir di inbox handphoneku. Membuatku membeku dan lama baru membalas smsmu itu. Aku merasakan rindu yang menyala-nyala. Rindu yang terdengar oleh para malaikat. Rindu yang kau sampaikan dalam bait-bait doa. Juga dendang rindu yang terdengar kala itu. Kau bernyanyi sangat spesial. Kala penat merajai kita. Nyanyian rindu yang kau alunkan membuat hatiku ikut sesak dan mataku basah

Dan pohon kemuning akan segera kutanam
Satu saat kelak dapat jadi peneduh
Meskipun hanya jasad bersemayam di sini
Biarkan aku tafakkur bila rindu kepadamu

Walau tak terucap aku sangat kehilangan
Sebahagian semangatku ada dalam doamu
Warisan yang kau tinggal petuah sederhana
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan

Meskipun aku tak dapat menungguimu saat terakhir
Namun aku tak kecewa mendengar engkau berangkat
Dengan senyum dan ikhlas aku yakin kau cukup bawa bekal
Dan aku bangga jadi anakmu

Ayah aku berjanji akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud sembahyang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana

Sesungguhnya aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang
Sesungguhnyalah aku merasa belum cukup berbakti
Namun aku yakin engkau telah memaafkanku

Air hujan mengguyur sekujur kebumi
Kami yang ditinggalkan tabah dan tawakkal

Ayah aku mohon maaf atas keluputanku
Yang aku sengaja maupun tak kusengaja
Tolong padangi kami dengan sinarnya sorga
Teriring doa selamat jalan buatmu ayah tercinta 


(Ebiet G Ade – Ayah aku mohon maaf)

Kita kembali bercerita, tentang ayah-ayah kita.

Ya, kita bercerita tentang laki-laki yang darahnya menitis dalam tubuh kita dan menuturkannya dengan rasa kasih. Detik ini aku masih mengingatnya. Detik ini aku sedikit demi sedikit sudah mengobrol banyak dengan ayahku. Hei, apakah itu berarti aku sudah dewasa?

Ayahmu dan ayahku. Ayah nomor satu.



Untukmu teman: teriring doa untuk almarhum ayahmu. Semoga cinta dan rindumu menjadi penerang di kuburnya dan mahkota indah untuknya di surga kelak :) aamiin

Thursday 1 March 2012

Even if the world makes me cry, I’m okay....

Selalu ada jeda waktu. Yang entah kenapa selalu terisi tentangmu, cinta.

Kau siapa? seperti apa? Bagaimana? Sedang apa? Tanya-tanya yang selalu berputar seperti kaset lama yang tak jua rusak. Usiaku mendekati angka dua puluh lima, cinta. Bisikku yang melahirkan tanya baru, lalu usiamu? usia hatimu? Usia yang menunjukkan seberapa dewasanya kau menilai sesuatu, seseorang, dengan hatimu. Ah, cinta. Beginilah yang bergema tiap kali ada tanya-tanya itu

*It doesn’t matter if I’m lonely. Whenever I think of you
A smile spreads across my face
It doesn’t matter if I’m tired
My heart is filled with love
bolehkah kujadikan bayangan sosokmu sebagai charger senyumku? Mungkin semu,tapi setidaknya bisa sedikit menggeser senyumku sesaat. Lupa akan rasa sakit, khawatir, harap, cemas, yang kian akrab denganku

Today I might live in a harsh world again
Even if I’m tired, when I close my eyes, I only see your image
The dreams that are still ringing in my ears
Are leaving my side towards you


cinta, tak masalah
Sebelum kau benar-benar datang. Percayalah, aku masih mampu melukis senyum kala pagi juga merangkumnya kembali kala hari telah genap  usianya. Cinta, percayalah. Meski kau masih saja bernama mimpi

Everyday my life is like a dream
If we can look at each other and love each
I’ll stand up again


To me, the happiness of those precious memories
Will be warmer during hard times
For me, hope is a dream that never sleeps

Like a shadow by my side you always
Quietly come to me
To see if I’m hurt, to see if I’m lonely everyday
With feelings of yearning, you come to me

Even if the world makes me cry, I’m okay
Because you are always by my side
Like dust, will those memories change and leave?
I’ll keep smiling to ease my heart

Everyday my life is like a dream
If we can look at each other and love each
I’ll stand up again

To me, the happiness of those precious memories
Will be warmer during hard times
For me, hope is a dream that never sleeps

No matter how many times I stumble and fall
I’m still standing like this
I only have one heart
When I’m tired you become my strength
My heart is towards you forever

So I swallowed the hurt and grief
I’ll only show you my smiling form
It doesn’t even hurt now

I’ll always hold on to the dreams I want to fulfill with you
I’ll try to call for you at the place I cannot reach
I love you with all my heart

Cinta, semoga kau berbeda. Semoga

(*Song: Hope Is The Dream Doesn’t Sleep)

Bene Qui Latuit Bene Vixit

lucu sekali

saya  yang tak pedulian begini bisa juga merasa khawatir bisa juga melahirkan tanya ini itu yang jelas-jelas saya tahu, hanya akan menambah goresan pertanda menuanya wajah

Lucu sekali

Setelah tanpa usaha sedikitpun melahirkan tanya-tanya itu. saya harus susah payah membunuhnya hidup-hidup. berusaha sekuat tenaga  mampu mencampakkannya kedalam tong sampah. berdarah-darah mencari pembenaran atas 'kriminalitas'  itu


Lucu sekali
bahwa berusaha menjadi perhatian orang lain, bukankah itu amat  melelahkan num?
kamu tahu itu. amat tahu

Ingatlah, bene qui latuit bene vixit

Yang hidup baik adalah orang yang hidupnya tak menjadi pusat perhatian orang-orang...

Prolactin

hei kamu! iya! kamu!!! sejak kapan kamu berani muncul kian banyak akhir-akhir ini????!!! siapa yang mengizinkan kamu mengekspansi wilayah lantas secara sepihak mengakuinya sebagai daerah jajahan?????!!!!

hei! kamu!!! nama kamu prolactin?! apa hak kamu hah?!!!!!

membuat saya terkesan lucu hanya karena hal remeh temeh semacam ini! membuat saya terlihat lemah! mau kamu apa????!!!!!

Bene qui latuit bene vixit

lucu sekali

saya  yang tak pedulian begini bisa juga merasa khawatir bisa juga melahirkan tanya ini itu yang jelas-jelas saya tahu, hanya akan menambah goresan pertanda menuanya wajah

lucu sekali

setelah tanpa usaha sedikitpun melahirkan tanya-tanya itu. saya harus susah payah membunuhnya hidup-hidup. berusaha sekuat tenaga  mampu mencampakkannya kedalam tong sampah. berdarah-darah mencari pembenaran atas 'kriminalitas'  itu

Even if the world makes me cry, I’m okay....


Selalu ada jeda waktu. Yang entah kenapa selalu terisi tentangmu, cinta.

Kau siapa? seperti apa? Bagaimana? Sedang apa? Tanya-tanya yang selalu berputar seperti kaset lama yang tak jua rusak. Usiaku mendekati angka dua puluh lima, cinta. Bisikku yang melahirkan tanya baru, lalu usiamu? usia hatimu? Usia yang menunjukkan seberapa dewasanya kau menilai sesuatu, seseorang, dengan hatimu. Ah, cinta. Beginilah yang bergema tiap kali ada tanya-tanya itu

*It doesn’t matter if I’m lonely. Whenever I think of you
A smile spreads across my face
It doesn’t matter if I’m tired
My heart is filled with love