Saturday 31 December 2011

bisakah?

Dengan pedenya saya pernah bilang (dengan diri sendiri). Bahwa emosi saya sangat bisa saya kontrol mulai sekarang. Tidak lagi mudah marah dan melakukan tindakan-tindakan bodoh. Mampu bersikap tenang.

Dengan kepala dingin mulai kembali merunut sebab, mengapa saya sampai sekesal ini, mengapa saya semarah ini. Lantas mencoba menyelesaikannya dengan baik-baik.

Ah, ternyata itu masih teori teman. Saya masih tak bisa mengontrol emosi. Mengontrol ekspresi tidak suka pada sesuatu atau pada sesiapa. Terlalu jelas. Saya bisa begitu saja panas sampai ke ubun-ubun. Mungkin tidak perlu dilihat. Saya saja tidak berani melihat cermin.

Friday 30 December 2011

gelembung sabun


Ialah sekat yang membatasi tersampainya amal
titik-titik membentuk jelaga
kata-kata indah cermin shalihahnya diri
apalah arti jika nyatanya buruk disana sini…

Bagi saya, niat tak ubahnya seperti gelembung-gelembung sabun yang saya tiupkan perlahan. sangat hati-hati agar ia bisa berbentuk bulat sempurna. saat mengambang, tertiup angin, pecah di udara, ataupun terjatuh di suatu tempat. kembali saya tuipkan perlahan. kembali sangat hati-hati. kembali pecah. kembali ditiup lagi. kembali sangat hati-hati. begitu terus. seperti siklus yang tak habis-habisnya. 

Pertanyaan-pertanyaanku dan jawaban-jawabanMu

Beri aku jawaban duhai pemilik langit. Atas tanya yang berkelebat tak henti. Beri aku jawaban. Atas apa yang telah berlaku di bumi. Beri aku jawaban. Kumohon.

Kuberi kau kesempatan untuk mengajukan lima pertanyaan terbesar dalam hidupmu…

*Kaget. Bingung. Siapa orang ini? Sesosok orang tua berwajah menyenangkan*

Semua manusia sesungguhnya memiliki pertanyaan-pertanyaannya kepada pemilik langit dan bumi. Kepada Sang Maha. Tentang hidup. Mengapa begini? Mengapa begitu? Mengapa aku harus melalui semua ini? Mengapa semua yang terlihat dirasa tidak adil. Mengapa? Berjuta mengapa. Mengambang penuh sesak dalam ruang jarak antara bumi dan langit. Dan kau hanya buih kecil dari samudera tanya, anak muda.

Thursday 29 December 2011

Sketsa 17

Ini dia buku keren hasil karya pondok network:





Jas Merah

Sebagai generasi yang baik hati dan murah senyum (hehe), saya akan mengikuti nasihat dari kakek soekarno (kakek? iya. bapak saya seumuran lah dengan salah satu anaknya pak karno itu). beliau berpesan, jas merah! jangan sekali-kali melupakan sejarah. nah, sejarah pondok semesta pun tidak boleh terlupa :) boleh dibaca, apalagi dihapal, meski tidak akan keluar di ujian sejarah :D

Pada suatu hari, di pertengahan tahun 2010. saya kembali mengaktifkan akun fb yang sudah cukup lama saya nonaktifkan (sekitar 1 tahunan). bukan suatu kebetulan saya bisa mampir di salah satu note yang entah milik siapa. note itu berisi info lomba yang diadakan oleh taman sastra. lomba membuat cerpen dengan tema 'JUARA' judul awal rumah. saya suka sekali dengan tema ini. tema yang membuat saya berfikir keras mencari ide-ide yang tak biasa. bisa belajar dari setiap naskah peserta lain (yang memang dipublikasikan di note masing2 peserta).

Wednesday 30 November 2011

Belajar dari debu

satu-satunya alasan saya mengganti nama pondok dari autumn menjadi semesta adalah karena saya ingin meluaskan mind set. begitu banyak mahluk semesta yang banyak memberi pelajaran, pun termasuk musim autumn (musim yang membuat saya jatuh cinta). baiklah. semoga selalu bisa belajar dari semesta. saya. juga kamu :)

saya ingin menuliskan salah satunya. satu nama yang tiba-tiba muncul saat saya sedang terserang flu (lagi-lagi). saya akrab sekali dengan flu. bisa dibilang begitu. tapi alhamdulillah bukan sinusitus. kata dokter, saya alergi. alergi debu dan udara malam (saya tahu ini 6 tahun yang lalu, kabar yang membuat saya berkata dalam hati: wah, udang. ternyata kamu punya teman, debu dan udara malam *geje).

Sunday 27 November 2011

Cerpen hebat :P

Inilah tiga cerpen hebat saya. Saya katakan hebat, sebab ada proses berbeda saat membuatnya. Lebih membuka mata. Ada sisi lain dunia cerpen yang baru saya ketahui. Ending tak tertebak. Saya baru belajar. Dan terima kasih aw, sudah menjadi guru saya :)

-------------------------------------------------------------
1. AKU MEMBENCI HENDRI


Aku membenci Hendri. Sama seperti aku membenci Pak Beni, kepala bagian personalia tempatku bekerja. Bedanya, kalau aku membenci pak Beni karena ia kaya dan sewenang-wenang. Memiliki kedudukan dan suka memaki orang seenak jidatnya, termasuk terhadapku. Aku iri. Mengapa orang dengan sikap menjijikkan seperti itu bisa kaya dan memiliki kedudukan penting di perusahaan ini? Sedangkan Hendri, aku membenci Hendri bukan karena ia kaya. Bukan juga iri. Iri dengan apa? Dia hanya pegawai rendahan di kantor ini. Meja kerjanya pun paling pojok belakang. Pergi bekerja hanya dengan sepeda motor butut keluaran tahun 2006. Rumahnya masih mengontrak di pemukiman padat penduduk. Untuk ukuran seorang ayah dengan empat orang anak. Hendri sama sekali tidak bisa dibilang sukses dalam pekerjaan.

Saturday 26 November 2011

Autumn

Ketika musim gugur tiba,
Daun berguguran ditiup angin utara,
Dengan girimis tipis,
Disambut kabut bak tirai perawan suci,

Daun berguguran satu demi satu menghujam bumi,
Berputar putar bak penari sufi dari Turki,
Melayang layang di udara sambil terus berputar berputar,
Mengucap tasbih yang hanya dimengerti olehNya sendiri,

Daun yang kuning kemerahan menebar keindahan ciptaan-Nya,
Menari nari dihadapanmu menunjukkan kekuasaan Illahi,
Yang kadang tertutup kabut cinta materi,
Hingga tak mengerti bahwa itu adalah amanah illahi,


Alhamdulilillah ya Illahi,
Kau ajarkan kembali nilai pengorbanan,
Dari daun yang berguguran yang rela menghujam bumi,
Karena menopang pohon induknya,
Dengan keyakinan akan kembali hijau di musim semi,

Tak apa kami berguguran,
Asal kau tetap berdiri tegak menghujam bumi,

Ada musim gugur di belahan bumi utara,
Ada musim semi di belahan bumi selatan,
Di saat bersamaan musim gugur dan musim semi,
Menari bersamaan membentuk keindahan alam,

Ada keindahan pada setiap musim yang diciptakanNya,
Daun yang kuning kemerahan,
Berjatuhan sambil melayang di udara,
Berputar-putar bak penari darwis yang sedang fana,
Sambil melantunkan tasbih,
Yang dimengerti olehNya sendiri,

Keindahan ciptaanNya,
Kau temukan juga saat daun berguguran,
Ntah berapa milyar daun berguguran di berbagai negeri,
Telah menciptakan suatu tarian sunyi,
Menimbulkan nyanyian simfoni yang bercitra tinggi,
Bagi yang mengerti dan memahami ayat-ayat Illahi,
Betapa besar ayat-ayatNya yang berteberan di jagat raya ini,
Termasuk saat daun yang berguguran,
Yang menari dan berputar sambil melayang dan bertasbih,
Dengan caranya sendiri dan dimengerti oleh-Nya,

Bagitu banyak ayat-ayatnya bertebaran di muka bumi,
Lalu nikmatNya yang mana lagi yang mau kau dustakan,

Ah… seandainya kau mengerti,
Ada Dia di balik setiap materi dan setiap kejadian yang terlihat alami,
Namun kau terkunci mati,
Karena mengejar materi yang tiada henti,
Lalu kapan kau kembali,
Pada Dia yang hakiki dan Abadi.

Daun yang berguguran,
Mengajari kembali jiwa-jiwa suci,
Bahwa ada hidup sesudah mati,
Ada musim semi setelah musim dingin,
Ada kehijuan mengganti dedaunan yang telah berguguran,
Di musim semi nanti.

Lukisan ke MahabesaranNya di musim gugur telah kembali,
Terpampang di setiap jalan yang kau lalui,
Membuka ketentraman jiwa dan hati,
Dengan daun yang berguguran,
Memompa para seniman untuk berkraesi kembali.

Ya illahi,
Dedaunan telah gugur dan terus bertasbih memuji-Mu,
Tasbih yang dimengerti oleh-Mu sendiri,
Memuji illahi dengan ketabahan yang sangat tinggi,
Dedaunan terus bernyanyi dipadang sunyi,
Sambil terus bertasbih,
Memuji karya illahi yang sudah mengabadi,
Terukir tajam dalam bumi,
Itulah karya Illahi,
Yang bercitra tinggi tanpa henti.

Demikianlah bumi terus berputar dan musim terus berganti, dengan belajar musim gugur, ada rasa optimis yang tinggi buat manusia yang mau mempelajari tanda-tanda atau ayat-ayat yang datang dariNya, itulah ayat-ayat kauniyah dari sekian banyaknya ayat-ayat kauniyah yang terbentang di alam semesta ini.

Ayat kauniyah yang terbentang di musim gugur adalah salah satu sikap yang mau berkurban untuk kehidupan bersama, diperlihatkan dengan sangat jelas ketika daun-daun berguguran, agar pohon induknya tidak mati. Dan pohon yang kelihatan mati tersebut, akan menghijau kembali di musim semi dan akan sangat lebat di musim panas. Allahu Akbar !

Ada filosofi yang terbungkus dalam musim gugur dan saat daun berguguran. Itu ayat-ayat kauniyah baru di musim gugur, belum lagi ayat- ayat kauniyah di musim dingin, musim semi dan musim panas. Banyak sekali ayatNya yang terbentang di sana.

Di negara yang mengenal empat musim, Allah lebih banyak "menebarkan" ayat-ayat kauniyah-NYa di bandingkan dengan negara-negara yang mengenal hanya dua musim, mengapa?

Ya karena disetiap musim yang berganti, kita akan dapat pembalajaran baru dariNya, karena disetiap musim mempunyai karakter sendiri-sendiri. Subhanallah. (Syaripudin Zuhri)

sumber: http://www.eramuslim.com

Monday 14 November 2011

Begini saja



Lebih suka jika begini

tak ada alasan untukku menghalalkan yang belum halal

lebih tenang jika begini

jangan paksa aku untuk mengubahnya...

Tuesday 8 November 2011

Mozaik cerita sketsa maya

Oleh Faricha Hasan

Awalnya, menjadi seorang fesbuker hanyalah sebuah iseng untuk sekedar kabur dari penat yang saya rasakan. Tak ada sebuah target pasti kecuali hanya having fun saja and no more. Namun kemudian, banyak hal yang ternyata bisa saya ambil hikmahnya. Dunia maya, seperti yang banyak orang katakan, bisa berdampak positif atau negatif tergantung dari penggunanya. Jadi, alih-alih menyia-nyiakan waktu di dunia fesbuk hanya dengan sekedar iseng dan pelarian saja, saya mulai mencoba hal baru, membuatnya lebih berguna agar saya tidak termasuk orang yang merugi. Ya, ibarat pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlewati, saya mencoba memanfaatkan fesbuk sesuai hobi yang lama terpendam. Menulis. Sebuah hobi yang seperti terfasilitasi di jagat fesbuk dengan adanya fitur note yang kemudian merambah lebih luas dengan mengikuti berbagai lomba yang banyak diadakan secara online. Bersyukur, banyak akun di friendlist saya adalah para penulis, penerbit, atapun mungkin hanya sekedar penyuka buku yang menambah referensi kepenulisan saya. Ah, this is I called a gift. Thanks God for this.

Wednesday 2 November 2011

Aku dalam rasa

Kali pertama, aku mulai mengeja rasa. Pada pelangi yang terlukis sempurna. Saat orang-orang histeris saling berkata,”Ada pelangi...ada pelangi.” Lantas berebut ingin menikmati indahnya. Aku hanya mampu berdiri di satu sudut. Berdecak kagum tanpa ingin si pelangi tahu. Setiap kali ia muncul, setiap itu pula senyum juga binar mataku terukir nyata. Beberapa kali pelangi menangkap basah aku yang sedang mencuri-curi pandang. Untunglah ia tersenyum, amat indah. tapi pelangi, rasa itu mudah saja terhapus seperti mudahnya engkau terhapus dari langit, begitu saja. Ah, langit...tiba-tiba kau berganti warna menjadi malam.

Aku melihat bintang. Ada begitu banyak bintang. Semua orang lebih suka melihat yang paling terang. tapi kau, bintang kecil. Mampu mencuri ekor mataku untuk tak berpaling. kau dengarkan segala rasa. Suka duka. Kau mengerlingkan cahaya dan selalu berkata:”tidak masalah, kamu pasti bisa.” Kukatakan padamu aku tak begitu suka kau nampak. Namun jawabmu kala itu,”aku ada. Disuka atau tidak.” Aku bingung. Sebab rasaku tiba-tiba membuncah. Aku larut berlama-lama dalam atmosfer yang kau bilang duniamu, bukan duniaku. Ah, tak apa bintang. Kataku kala itu. Kita sama. dan kamu istimewa. Sejak kapan kau tiba-tiba menghilang bintang? Menyisakan tawar yang membuatku tak bisa berkata-kata. Jujur, aku kehilangan. Maaf. Katamu kala itu. Aku tak pantas. Tak cukup terang untukmu. Aku kelu. Tak paham.

Tuesday 25 October 2011

Seperti Hujan


Lelahkah kau hujan?
Melalui semua namun hanya berakhir tak berarti
Lelahkah jika perjalananmu dihargai sia-sia?
Kau masih harus menunggu matahari
Mulai dari awal lagi
Lelahkah?

Seharian ini aku tidak kemana-mana. Tidak ada yang lebih menyenangkan dilakukan ketika hujan turun seharian selain berdiam diri di rumah. Seperti hari ini, aku masih betah duduk berlama-lama di teras rumah. Memperhatikan titik-titik hujan yang menari pelan. Tak secepat tadi. Ah, memperhatikan hujan seperti memperhatikan diri sendiri.

Seperti Hujan

Seperti Hujan


Lelahkah kau hujan?
Melalui semua namun hanya berakhir tak berarti
Lelahkah jika perjalananmu dihargai sia-sia?
Kau masih harus menunggu matahari
Mulai dari awal lagi
Lelahkah?
Seharian ini aku tidak kemana-mana. Tidak ada yang lebih menyenangkan dilakukan ketika hujan turun seharian selain berdiam diri di rumah. Seperti hari ini, aku masih betah duduk berlama-lama di teras rumah. Memperhatikan titik-titik hujan yang menari pelan. Tak secepat tadi. Ah, memperhatikan hujan seperti memperhatikan diri sendiri.
Ekor mataku mengikuti arah titik-titik hujan yang tumpah di sepanjang saluran drainase. Selokan yang melintas di sepanjang rumahku. Aku tersenyum miris. Melihat kenyataan bahwa titik-titik hujan itu jatuh dan mengalir begitu saja kedalam selokan. Sia-sia bukan? Pikirkanlah, setelah melewati proses yang panjang. Mulai dari penguapan hingga menggumpal menjadi awan lantas turun menjadi titik bening air hujan. Ia jatuh begitu saja. Di selokan. Tidak di dedaunan atau meresap kedalam tanah. Hanya di selokan. Tidak di lautan atau danau tempat hidup penghuni-penghuninya. Ya, hanya di selokan. Berkejar-kejaran membentuk gelombang pergi entah kemana.  Benar-benar berakhir hanya di selokan.
Seperti hujan...yang jatuh di selokan...

Seperti itulah aku kini. Cukup lama aku berproses. Berusaha bisa mandiri tanpa lagi menjadi beban kedua orangtua. Tahun lalu, aku lulus dari program sarjana di Universitas Lampung. Setelahnya tentu, seperti lulusan perguruan tinggi kebanyakan, aku mencari lowongan kerja. Beberapa kali aku memasukkan lamaran, mengikuti seleksi penerimaan. Namun hasilnya tidak begitu baik. Beberapa kali juga aku menolak memasukkan lamaran dengan berbagai pertimbangan. Lantas pada satu titik, aku memutuskan untuk lebih berkonsentrasi usaha mandiri. Ya, mencoba usaha sendiri. Aku memulainya dengan membuka bimbingan belajar juga budidaya ikan air tawar. Dengan modal pas-pasan juga komentar-komentar negatif dari berbagai sudut aku tetap menjalaninya. Singkat cerita, kedua usaha itu tidak menghasilkan. Lantas untuk kedua kali aku coba kembali membeli benih ikan, lantas kembali membudidayakannya. Lagi-lagi, aku gagal. Untuk ketiga kali aku coba lagi. Masih gagal.
Begitulah, bukan cerita yang bisa dibanggakan memang. Pun usaha yang kulakukan belum ada apa-apa dibandingkan dengan berbagai kisah nyata para pengusaha yang kini sudah berhasil. Mereka gagal berkali-kali. Jatuh sudah menjadi kebiasaan mereka. Pun diremehkan orang lain juga sudah menjadi sarapan mereka. Mungkin aku memang lemah. Tidak cukup tangguh untuk bisa bersahabat dengan gagal.
Seperti hujan...yang jatuh di atap rumah....
Dalam suasana seperti ini, aku terbawa lebih dalam. Seperti ingin melengkapinya menjadi rasa yang sedih plus plus. Aku kembali mengingat-ingat beberapa episode ke belakang. Satu perjuangan yang tidak bisa kubilang mudah. Aku mulai mengambil SKS usul penelitian di tahun ketiga kuliah. Dengan semangat empat lima aku mengajukan judul penelitian kepada ketua jurusan. Satu bulan kemudian, persetujuan judul penelitianku keluar. Aku mendapat dua orang dosen pembimbing, yang sama-sama bergelar profesor. Kejadian yang cukup langka menurut bebrapa komentar kakak-kakak tingkat. Dua tipe dosen dominan yang dijadikan satu. Pasti susah, begitu komentar mereka.
Aku tahu, bukan pilihan tepat jika saat itu aku menyerah. Aku sama sekali belum mencoba.  Waktu itu, aku cukup percaya diri untuk menjalani semua. Pembimbing pertamaku, profesor bidang pembiayaan pertanian. Sedangkan pembimbing keduaku, profesor di bidang irigasi dan perairan. Mereka sama-sama tipe dominan, terbukti memang. Dalam kurun waktu lima bulan banyak sudah yang kulakukan. Namun aku seolah hanya berjalan di tempat. Dari pembimbing pertama ke pembimbing kedua tidak pernah bisa terhubung. Maksudku, dari draft usul penelitianku kedua dosen pembimbingku tidak pernah sejalan. Bisa ditebak, aku kewalahan ditengah-tengah.
Banyak kejadian yang membuatku terus-terusan sport jantung dan bahkan sering menangis. Dua jam diminta menjelaskan mengenai sistem agribisnis di hadapan dosen pembimbing, tentu dengan satu komentar: buruk. Lantas selama empat jam -di hari libur- aku pernah disetrap diruangan beliau. Diberi tugas memikirkan baik-baik sebab mengapa aku disetrap selama itu. Setelahnya aku baru tahu kalau aku terkunci di dalam gedung fakultas. Parahnya ternyata dosenku lupa, setelah mengajar beliau langsung pulang. Dalam suasana gelap dan tidak ada pulsa di hp aku benar-benar menunggu beliau datang dan menyelamatkanku. Syukurlah, sebelum adzan magrib berkumandang beliau datang.
Dua kali dalam seminggu aku rutin konsultasi. Tapi bisa dibilang, penelitianku stagnan. Tidak ada perubahan apa-apa. Aku akhirnya mengusulkan untuk prasurvey ke lokasi penelitian. Tapi apa yang kudapat? Tidak ada P3A. Tidak ada kelompok tani yang dimaksud. Sepulang dari sana, aku diberi tugas untuk kembali ganti judul penelitian dan mulai dari awal. Lantas dosen pembimbing pertamaku menyuruhku meminta pengajuan pergantian pembimbing dua. Beliau keberatan jika harus bersama-sama dengan pembimbing keduaku yang sekarang. Dengan asa yang nyaris mati, aku menghadap ketua jurusan memintanya pergantian dosen pembimbing –tidak hanya pembimbing kedua, pembimbing pertama juga-. Lama aku berfikir, tidak bisa seperti ini terus-terusan. Mungkin memang kesalahan ada padaku yang tidak memahami dan kurang menangkap pengarahan dari dosen pembimbing. Akhirnya aku pemutihan. Dikabulkan. Seperti hujan yang jatuh di atap rumah. Turun kebawah lantas kembali keselokan. Sia-sia. Sembilan bulan berlalu tanpa bekas.
Seperti hujan...yang jatuh di bahu orang...
Cukup susah bagiku untuk kembali mengumpulkan semangat disaat teman-temanku yang lain sudah mulai seminar hasil bahkan ada beberapa yang tinggal menunggu wisuda. Aku mencoba tetap tenang dan fokus. Tidak mungkin rasanya aku menampakkan wajah sedih ditengah kebahagiaan mereka. Aku mulai mengumpulkan bahan penelitian. Datang ke dinas-dinas setempat meminta data sekunder. Mulai kembali membuat kata demi kata di usul penelitian. Fokus konsultasi dengan dua pembimbing yang baru. Alhamdulillah, aku masih mendapat kemudahan ditengah-tengah ini semua. Aku mendapat dua pembimbing yang sangat membantu. Membebaskanku untuk menggali penelitian dan seperti amat tahu bahwa aku mengejar waktu (terima kasih pak Teguh dan bu Suryati). Singkat cerita, aku sudah menjalani langkah awal yang menurut sebagian besar dosen adalah setengah dari penelitian yaitu seminar usul penelitian.
 
Di bulan januari tahun 2010, tahun kelima aku menyandang gelar sebagai mahasiswa, akhirnya aku bisa turun lapang. Aku ingat sekali hari itu, berada di tengah-tengah hektaran sawah yang menguning siap di panen. Hari itu fikiranku seperti ngehang namun terus mengendarai laju kendaraan roda duaku. Aku sedang diatas motor, baru saja pulang dari sebuah desa di kecamatan trimurjo kabupaten lampung tengah. Berjarak sekitar 20 km dr rumahku. Sesak rasanya saat itu. Sekuat tenaga kutahan genangan airmata yang sedari tadi hendak tumpah. Tidak. Aku tidak perlu menangis. Tentu. Untuk apa aku menangis?
Tiba-tiba ada sms masuk. Dari temanku. Hari ini dia akan ujian sidang. Smsnya tertulis:
“agey...saya sudah sidang. Alhamdulillah gey selesai^^.”
Aku ikut bahagia. Tentu. Dia sahabatku. Sekaligus partner hati dan episode hidup yang kami namai perjuangan. Tapi, entah kenapa seketika airmataku tumpah. Aku menangis cukup keras. Untunglah kaca helmku gelap, sehingga aku bisa puas menangis. Aku iri? Mungkin. Saat itu yang terlintas dibenakku adalah satu kenyataan pahit. Di saat temanku sudah diakhir perjuangan kuliah. Aku sedang disini. Berdua-duaan dengan mendung yang sebentar lagi melahirkan hujan. Disaat dia bersukacita. Aku disini. Seharian berpanas-panas tanpa hasil.
Aku turun lapang untuk mewawancarai para petani padi. Khususnya para petani yang menggunakan benih dengan jenis tertentu. Dari data yang kudapatkan dari dinas-dinas setempat di lokasi inilah petani yang kumaksud berada. Tapi saat aku mendatangi lokasi. Keadaannya diluar dugaan. Tidak ada petani yang menggunakan benih itu. Tidak ada satu orang pun. Rasanya sendi-sendi tulangku lolos satu-satu kala itu.
Seperti hujan...yang jatuh di kubangan...
Puas menangis. Aku mulai bisa berfikir jernih. Aku sudah memutuskan tidak dulu memberitahukan keadaan di lapangan dengan kedua pembimbingku. Di hari kedua, aku mendatangi kedua belas balai desa di kecamatan trimurjo lampung tengah. Aku mencari tahu data petani dan benih apa yang mereka pakai di musim tanam terakhir kali. Aku mencari yang memakai benih bernas. Dan hasilnya, ada! Ada dua kelompok tani yang memakainya. Aku segera kesana. Dan merombak kembali isi kuisioner penelitianku.
Bukan hasil yang menggembirakan jika kemudian aku bisa lulus di bulan september tahun 2010. Genap lima tahun.
Seperti hujan...aku...
Ah, hujan sudah akan usai. Ia hanya meninggalkan sedikit demi sedikit titik-titiknya. Kuperhatikan lagi titik-titik yang jatuh ke selokan yang masih beraliran deras. Aku mendekat ke selokan. Mengikuti arus itu sepanjang jalan. Aku benar-benar ingin tahu sampai mana ia bermuara.
Sampailah aku disebuah bendungan. Cukup besar. Bisa kusaksikan air meluap-luap menuju muaranya. Hey, seperti danau. Tampak cukup tenang. Disinikah mereka bermuara? Berkumpul di dalam sebuah danau? Ekosistem danau mulai kuperhatikan. Aku terhenyak. Sadar oleh kenyataan.
Titik-titik hujan tadi. Tidak lantas sia-sia. Mereka terus berjalan, mengikuti arus hingga kembali ke tempat tujuan. Tidak sia-sia. Mereka menjadi tempat hidup para mahluk di danau. Tidak sia-sia.
Aku kembali berjalan kerumah. Tampak olehku serombongan anak-anak berlari-lari riang. Mereka basah kuyup. Aku ikut tersenyum lebar melihat tingkah mereka. Tertawa-tawa, sengaja menjatuhkan diri ke dalam kubangan. Juga serombongan anak yang bermain sepakbola. Juga basah kuyup. Hujan yang jatuh di bahu orang. Hey! Bukankah titik-titik hujan yang menjatuhi mereka-anak-anak ini- juga tidak sia-sia? Titik-titik hujan itulah yang membuat mereka begitu bahagia. Tertawa-tawa. Pun jika jatuh ketanah akan meresap. Menjadi sumber mata air kehidupan mahluk lainnya.
Aku berkali-kali mengucap istighfar. Atas pikiran yang terus-terusan meraja selama ini. Bukankah penelitianmu adalah berharga? Kau berhasil menggunakan alat analisis diskriminan yang pertama di jurusanmu berada, itu yang dikatakan ketua jurusan yang merangkap dosen pembahas. Bukankah kau mendapat nilai bagus atas kerja kerasmu? Bukankah tak masalah jika nyatanya usul penelitianmu di kopi paste sahabatmu lantas kau harus mengganti keseluruhannya? Bukankah kau melihat itu jauh lebih baik hasilnya? Kau berhasil. Tidak sia-sia.
Dan kini, jika masih jauh dari kata –menjadi orang-. Bukankah kau masih kuat untuk menuju ke arah sana. Siapkah kembali berproses menjadi titik hujan? Kembali menguap saat ini juga? Bukankah proses yang Dia nilai, bukan hasil. Buaknkah selain sungguh-sungguh masih ada jarak diantaranya yaitu sabar. Sabarlah dan terus berproses. Sampai satu titik. Sampai kau menjadi titik hujan yang bermanfaat. Entah harus melalui proses yang keberapa kali. Menjadilah hujan. Tak hendak menghindari. Tapi terus menjalani. Lagi dan lagi.
Aku tersenyum lagi kali ini. Tidak lagi miris. Terima kasih hujan. Hei! Kau yang jatuh di selokan, bahu orang, atap rumah, ataupun kubangan. Sungguh, kau sama sekali tidak sia-sia :)
Tidak lelah
Melalui semua selalu memiliki arti
Tidak lelah
Tidak sia-sia
Meski masih harus menunggu matahari
Mulai dari awal lagi
Tidak boleh lelah
 
 

Dreamy Idealist... It's me!


Saya suka menguji tipe kepribadian. terakhir kali lewat sebuah pelatihan, hasil tes kepribadian saya adalah: sanguinis melankolis. meski rada ragu dengan hasilnya (sanguinis: saya tidak terlalu ramai kalau di depan orang banyak, bahkan saya tidak suka tampil di depan umum( (melankolis: saya juga tidak suka dengan hal2 detail n mendalam. saya juga tidak begitu rapi dan penuh perencanaan). makanya saya bingung juga akhirnya. hehehe.

Nah, kali ini lewat http://www.ipersonic.com (ikut-ikutan ganis, tengkyu gan. hehe) inilah hasil tipe kepribadian saya. check this out!

***

Saturday 22 October 2011

[AUDISI NASKAH KISAH NYATA INSPIRATIF] The teacher is called the universe -Belajar dari semesta-


Pernahkah teman2 belajar dari alam semesta? Pernah tentu, meskipun alam semesta tidak mengajarkan lewat kata. Banyak sekali inspirasi yang kita dapat lewat kekhasannya yang memukau. Atas izinNya, para mahluk semesta itu ada-salah satunya- adalah untuk memberi kita pelajaran hidup. Hidup nyatanya adalah belajar. Dan guru ini. Guru kita yang satu ini bernama : semesta.

Berangkat dari pemikiran ini, saya berencana membuat buku kumpulan kisah inspiratif mengenai ilmu yang didapat dari semesta (semesta disini adalah alam semesta). Sekaligus sebagai syukuran pergantian nama 'pondok semesta' di dumay dan katalis terlahirnya taman baca 'pondok semesta' di dunyat.

Monday 10 October 2011

nasihat dari kakak

kakak mario teguh (sok akrab) say:


Adik-adikku yang baik hatinya,

Aku tahu engkau tak begitu suka jika aku berbicara mengenai kemalasan dan kebiasaan menunda, karena hal itu tak mendamaikan hatimu.

Tapi, ijinkanlah aku bertanya,

Apakah mungkin harapanmu untuk menjadi orang yang damai, mapan, dan terhormat itu dapat kau capai dengan memanjakan kemalasan dan mendahulukan penundaan?

Sadarilah bahwa kehidupan ini diwakili oleh manusia, dan jika engkau tidak membangun kualitas yang bisa mereka hargai, mereka akan menghargaimu dengan murah.

antara fajar dan senja


antara fajar dan senja... adakah beda? bukankah mereka adalah satu? hanya berubah nama...

sesuatu

ga sengaja nyetel tipi. liat ada hyun bin di sctv. ooo dia ke jakarta rupanya

lucunya, diajarin syahrini ngomong indonesia:

indonesia....sesuatu....

ada-ada aja

:D

O.Em.Ji

aljabar, gradien, persamaan linier, phythagoras....ternyata ada di kelas 2 SMP ya (-.-!!)

dulu kok kayak ga ada masalah

eh sekarang liat2 susah jg

hadeh...bisa ga ini num?

*kejedot tembok*

Saturday 8 October 2011

91011

hari ini cantik ya... tanggal sembilan, bulan sepuluh, tahun sebelas. nine, ten, eleven. 91011...^^

semangat!!!!

sedih II senang

saya bingung (bukan hal yg aneh num :<)

oke. saya memang sering bingung (lol)

terlalu sering bingung dengan rasa yang tiba-tiba (maksudnya?)

berubah tiba-tiba...

sesaat sedih...

lalu senang di detik setelahnya...

seperti hari ini. dua rasa yang datang tiba-tiba. harusnya tidak ada. tapi, entahlah. saya benar-benar tidak bisa mendeskripsikannya. mengapa? bagaimana?

Friday 7 October 2011

masih

pagi ini basah

tak hanya ada embun. satu paket gerimis sudah menyapa sejak dini hari. meski sinar fajar tak nampak. aroma basah tak kalah cantik ^^.

biasanya akan ada hal yang mengganggu. flu. detik ini pun begitu. hidung sudah memerah.
tapi tak apa. senyum masih terkembang hari ini...

bersama secangkir kapucino hangat...

juga sepiring nasi uduk plus sambal tempe...

Tuesday 20 September 2011

filosofi kopi


“ Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah Ia bermakna apabila tak ada jeda? 
Dapatkah Ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayang bila ada ruang? 

Kasih sayang akan membawa dua orang makin berdekatan, tapi Ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu..
Nafas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi.. 
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali.. 
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.. 
Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang..

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat, janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung..
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.. ”

[dewi lestari - filosofi kopi]

can you hear my heart?


“ Jika kamu tidak bisa melihat atau bertemu dengan seseorang yang kamu rindukan, tutup matamu dan kamu akan melihatnya. Jika kamu tidak bisa mendengar suara yang ingin didengar, tutup telingamu rapat-rapat dan kamu akan mendengarnya. ” [can you hear my heart?]

dia benar.
saya terkadang melakukan itu.
untuk bisa melihat wajah n mendengar suara teduh seseorang yg amat saya rindukan ;(

Sunday 18 September 2011

Sebuah apel


saya tak begitu mengenalnya. dia meng-add saya setelah dua kali komen postingnya di salah satu group menulis at facebook.(padahal komen2 saya cukup mahal harganya -apa sih?- apalagi untuk mereka yang sekedar menambah jumlah friend list tanpa tau dia siapa).

entahlah, mungkin karena apdetan satusnya atau postingan di group darinya itu meringankan jari saya untuk memberi komentar (karena komen saya mahal -hadeh-, tidak semua saya komen, tapi selalu saya baca)... lebih tepatnya, saya selalu suka dengan apa yang dia tulis. ringan tapi padat. sesekali lucu tapi cerdas, pun juga kritis tapi merakyat. jujur,inspirasi menulis saya beberapa kali didapat dari statusnya.

I’ll move forward and be strong!


Perjuangan. satu kata yang masih kueja tiap-tiap maknanya. belum. belum seperti mereka. orang-orang biasa yang melejit menjadi luar biasa.

perjuangan. mengingatkan saya pada satu kisah nyata yang diangkat dalam drama jepang: 1 litre of tears. pun dengan kisah nyata perjuangan yang tak jauh berbeda di indonesia: surat kecil untuk Tuhan. sungguh, betapa hidup adalah nama lain dari berjuang.

perjuangan. ia nafas warna-warni hidup kita. memahami arti bangkit ketika terjatuh. terus bergerak maju dan menjadi kuat setelahnya.

teruslah mengeja num :)

Bismillah...

Friday 16 September 2011

kado cinta


pukul 05.40 wib. aku lagi-lagi tak absen menatap ia mbak. dengan gaunnya yang merah keemasan,anggun ia bercerita. tentang semangat. tentang asa. juga senyum yang mampu kita lukiskan karena ia. ialah fajar. matahari pagi, salah satu mahlukNya yang membuat kita jatuh hati.

pukul 05.40 wib. aku mengingatmu mbak. tentang cinta. tentang asa yang kau rajut bersama kata. mulai hari ini. kau benar-benar memiliki ia mbak. sosok yang ruhnya seperti fajar (semoga). sebab tak ada pilihanNya yang tidak tepat. dan dirimu, sudah terlengkapi olehNya, hari ini.

Thursday 15 September 2011

rindu hujan


sudah lama aku merindukan hujan. berkali-kali aku menunggu, saat langit perlahan berubah muram. saat awan berwarna agak pekat. sudah lama ia tidak turun. kemarau panjang. tentu saja. tapi malam ini. hujan datang. tiba-tiba. mengagetkanku dari ruang autisku.

satu-satu turun merayap. semakin keras menggedor-gedor gendang telinga. ah, meski aku tak bisa menatap lekat tariannya yang meliuk-liuk gemulai. atau dinginnya yang menyegarkan. juga hadiahnya berupa pelangi. aku cukup bahagia dengan menghirup aromanya yang khas.

Tuesday 13 September 2011

tes emotion


:)

:(

;)

;(

begitu mudah berubah-ubah...

mellowwstroberroww

kok saya merasa, posting2 saya lebih banyak yang mellowwstroberroww gimana gitu ya?

semoga ga kelabasan jadi keluh kesah...amiin

astaghfirullah'aladzim....

autumn kan selalu kelihatan indah num. jangan sedih terus yaw. :))

*lagi ngomong sendiri*

Monday 12 September 2011

tentang cita

saya tidak paham. apakah yang saya rasa saat ini namanya iri? dengki? semoga tidak.

hanya saja. saya benar-benar tidak bisa menghindari kepala saya untuk tidak memikirkan ini. memikirkan cita yang dulu pernah saya ucap.

meski masih kecil dan tidak begitu mengerti apa itu cita. saya tetap bersikukuh dengan cita-cita saya -amat mulia- menjadi guru. dengan teladan langsung dari ibu saya, guru adalah sosok mulia sejagad raya saat itu.

cita-cita yang tetap bertahan hingga saya masuk SMA. cita-cita itu berubah. hanya karena saya sangat takjub dengan gesitnya seorang bidan desa, saya langsung mengubah cita saya menjadi bidan. di buku harian saya, buku harian teman -hehe-, dimanapun tempatnya saya bisa menulis, saya akan menulis, cita-cita: menjadi bidan.

Udin? Edward? ;(

Saya selalu bergumam dalam hati, "apaan sih!?" kl ketemu nama fb semisal ini: udinnya tuti - tutinya udin. Heuh!!!

Kl yang emang suami-istri sih ga masalah. Sah2 aja. Yang bener2 jadi masalah kl 2 orang itu belum menikah. Pasang status engaged pula! Jelas2 belum woy! *esmosi jiwa*
lucu juga sih, ada hubungannya dengan saya enggak, kok ya saya sewot???
Hmm, ya emang sih. Suka2 masing2 orang itu mah. Yang dosa juga mereka kok.

Cuma, terlintas juga di benak saya...satu kekhawatiran tentang 'ia'. Ia yg namanya sudah tertulis di lauhl mahfudz...bahwa ia jodoh saya (deuu...).

Sunday 11 September 2011

loe! Gue! End!!!

saya mampu menjadi air, saat api meletup-letup dari arah manapun, dari siapapun. saya mampu mengubah rasa sakit menjadi bahagia tiada tara, senyum disaat luka, tertawa disaat pedih di ulu hati. bukan berwajah dua, hanya saja mungkin saya tipe orang yang mudah melupakan masalah. meski sejenak.

saya tak pernah mau terlihat lemah meski sendi-sendi tubuh saya rasanya hendak lolos satu persatu. saya survive di tempat baru yang bersuhu ekstrim, setidaknya memaksa untuk terus berfikir,"indah banget disini!" lantas membuang jauh-jauh fikiran,"saya ga betah disini!"

saya tak pernah mengeluarkan airmata hanya untuk sebab-sebab yang terdefinisikan dari kata 'cengeng'. saya sangat membenci kata-kata negatif dan amat mencintai kata-kata positif.

Wednesday 7 September 2011

belum, merasa sudah

kegagalan adalah sukses yang tertunda.


saya tahu itu


semua akan indah pada waktunya.

saya berkali-kali mengucap itu.


dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.


saya yakini itu.


tapi jujur, saya merasa lelah.

dan payah.

Tuesday 6 September 2011

aku

saya merindukan aku. aku yang begitu menggebu-gebu. tak lelah berfikir positif. tak henti mengalahkan fikiran negatif.

saya merasa saya bukan lagi aku. aku yang mampu tersenyum meski dalam kenyataan terpahit sekalipun. aku yang lebih memilih tertawa-tawa dan bercanda sampai teman-temannya merasa si aku sama sekali tidak memiliki masalah. atau aku yang mampu tenggelam berlama-lama dalam sudut-sudut lemari perpustakaan sekolah. lantas dengan berat hati mengucapkan se yu bay bay pada buku-buku rapi jali dalam deretan lemari bertuliskan "boleh dibaca tapi tidak boleh dipinjam.". aku yang sangat menyukai novel-novel buya hamka tapi baru mengetahui bahwa beliau seorang ulama besar. aku yang 'sok' memahami majalah sastra bernama horison, dan tenggelam bersama karya-karya besar ws rendra, pramoedya ananta toer, gola gong, dan sederetan nama luar biasa lainnya.

yunei

Entahlah awalny seperti apa

Sy hanya teringat 1 kata saat mendengar cerita ttg kepercayaan daerah sy sndr (lampung,red) dr jaman orang2 tua dl (mereka menyebutny 'yunei'). Ttg unsur yg ada yaitu tanah, air, udara, dan api. Unsur2 yg diberikan sesuai dgn urutan usia anak-anak di suatu keluarga.

Detailny seperti ini, anak pertama memiliki yunei tanah, anak kedua air, ketiga udara, dan yang keempat api. Begitu terus menjadi siklus jika jumlah anak lebih dr empat.

Monday 5 September 2011

yah

baru mau posting....

maknyak udah manggil....

hehehehe....

see u bay bay... insya Allah....

Wednesday 31 August 2011

Tak punya tapi memberi


Senja itu, aku mengobrol dengan seorang teman. Obrolan kami terus meluas, sampai satu penggalan obrolan itu berganti tema dari tema awal. Kurang lebih seperti ini,
Teman : kenapa kamu suka menulis num?
Aku     : karena aku ingin seperti Abi (panggilan untuk ayah kandungku,red).
Teman : (sedikit membelalakkan mata, siap melahirkan pertanyaan baru) Beliau
  seorang penulis?
Aku     : Bukan. Abi seorang pegawai negeri sipil.
Teman : (kali ini mengernyitkan kening, tak mengerti) Beliau suka menulis?
Aku     : Tidak. Beliau hanya suka membaca.
Teman : Lalu kenapa alasannya karena kamu ingin seperti Abimu?
Aku     : (aku tersenyum melihatnya penasaran seperti itu) karena beliau  suka
  memberi. Memberi apapun yang beliau miliki. Aku ingin seperti beliau.
  Dan buatku, memberi dengan menulis adalah yang kumampu untuk saat
  ini. Harapanku, dengan menulis, akan ada orang yang menerima
  manfaatnya. Semoga.

isi ya :)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

syukron, jazakumullah khairan katsiran teman2 sudah mampir ke pondok ini :))

untuk mengikat erat tali silaturahim, juga mengukur ada tidaknya manfaat pondok ini. isi buku tamu dibawah ini ya. plus sangat diharapkan teman2 membawa oleh2 berupa kesan, pesan, juga kritiknya.....

semoga bermanfaat!

semangat berbagi!!!

semangat menulis!!!!!!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Sunday 28 August 2011

Puisiku: Dalam rasa entah

Banyak gugur terhempas paksa
pertanda suratan tak bisa terhindar
dalam bisu
riuh
sepi
ramai
pun dalam sakit
sehat
waras
gila
hanya ada pilihan
Khusnul atau Su'ul....

Allahu Rabbi....matikan kami dalam sebaik-baik keadaan T_T

*dalam rasa entah. khawatir tak lagi bersua dengan ia... sang Ramadhan...*,*

cerpenku: Kayu Capa Kayu Kemuning


“Tibas pesai bagian, di tiuh Negararatu
Api munih harapan, sanak mak ngedok guna
Sanak mak ngedok guna, sakik mak ngedok banding
Ibarat kayu capa, banding kayu kemuning”

Nisa tertegun menatap tanah lapang bertabur ilalang, sejauh seratus meter dari becak yang ditumpanginya. Akhirnya pulang juga ia. Rindu yang tertimbun seolah memaksa keluar. Membuncah. Menggelegak. Bukan hanya rindu pada Nyanyik dan Yayik. Tapi pada seluruh isi atmosfer kampung tercinta. Tiuh Negararatu, sebuah kampung di ujung Kabupaten Lampung Selatan. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, Nisa diboyong kedua orang tuanya ke pulau Sulawesi saat akan menginjak bangku SMA dan segera setelahnya ia melanjutkan kuliah di negeri Jiran, Malaysia.

Lamun niku lapah, nyak jama sapa, Nis?” begitu tanya Yani, sahabatnya, sepuluh tahun yang lalu.
Ya khadu lah. Tidak ada apapun yang bisa kulakukan. Aku ini siapa. Tidak pantas berkata seperti tadi. Hati-hati di jalan.” Yani berlari setelah berderai-derai airmata. Tanpa menunggu kata-kata Nisa.

Puisiku: Puisi Prosaik

sebuah puisi prosaik perdana

Ini Tanahku (Tanahmu), Lantas Kau Hanya Menumpang
: Fadila Hanum

Sebersit rasa tak rela. Atas nyata yang diharapkan tak pernah ada. Lama menatap kapal-kapal yang merapat. Lelah pada dorongan air laut. Kembali pulang. Nyaris kehabisan nafas yang dipanjang-panjangkan. Maaf. Tapi aku masih ingin terlihat ada. Berbalik menengok kebelakang. Cengkeraman Krakatau masih menghujam rupanya. Aku kira telah berubah. Mengiringi zaman yang kian tak masuk akal. Merebut tanahku menjadi tanahmu. Meski tetap menjadi tanahku.

Friday 12 August 2011

cerpenku: Duh Fandi


Hari yang melelahkan. Aku merebahkan tubuh segera setelah sampai dikamar. Seharian menjadi ketua pelaksana kegiatan bakti sosial BEM di kampus cukup meloloskan sendi-sendiku. Memejamkan mata lima belas menit dulu sebelum mandi, begitu yang kuinginkan. Belum satu menit mata terpejam, tiba-tiba suara panggilan menyebalkan itu membahana seantero rumah. Suara Fandi, adik bungsuku. Fiuh…
“Mbak El…?!” Aku diam, malas menjawab.
 “Mbak El cantik….!!!” Usaha yang bagus.
“Mbak El cuantik buanget!!!” Usaha yang sangat bagus. Panggilan terakhir terlontar tepat saat pemilik suara sampai di depan pintu kamarku. Melongok ke dalam. Menangkap sasarannya sedang tepar di tempat tidur.
Aih, mbak El ini dipanggil-panggil nggak nyahut. Nggak merasa cantik ya? Memang sih Fandi tadi fitnah. Maaf ya mbak. Lain kali nggak diulangi deh. Fandi janji…”
“Stop! Apaan sih. Nggak lihat apa mbak lagi tidur?!!” Potongku sewot. Nih anak memang kebangetan. Pasti sengaja membuatku naik darah. Tawa fandi pecah. Merasa sukses gangguannya berhasil.

cerpenku: Dua raksasa


Jakarta is a big trouble. Terkadang aku tidak percaya di negara carut marut inilah aku dilahirkan. Well, ini bulan pertama aku kembali ke tanah air, sejak enam tahun lalu terbang ke Los Angeles. Jelas saja belum terbiasa dengan sistem waktu karet di Indonesia. Dua jam lebih dua puluh menit. Selama itu aku terjebak di arus jalanan ibukota? Gila!

Disinilah aku, siap mengemban takdir yang sudah kuketahui sejak kelas empat sekolah dasar. Kakekku, imigran asli dari Jepang, tuan Fujita adalah pemilik perusahaan raksasa Queenfeed International group beserta kedua belas anak perusahaannya. Beliau hanya memiliki satu putri, yaitu ibuku. Dan ibuku hanya memiliki satu putri, yaitu aku. Keyla Presahard. Right! Aku harus menggantikan posisi kakekku, tuan Fujita yang telah wafat satu minggu yang lalu, menyusul ayah dan ibuku. Disinilah aku, sendiri berada di puncak jaringan raksasa QI group, membawahi sepuluh ribu karyawan.

Antologi Puisi “Ketika Aku Berjalan”



ISBN: 978-602-9079-92-0
Terbit: Mei 2011
Tebal: 250 halaman
Harga: Rp. 49.600,00
Deskripsi:
Antologi Puisi “Ketika Aku Berjalan” hanya ingin membuktikan bahwa kami “kunang-kunang FLP Wilayah Lampung” masih akan terus berproses, tumbuh dan berkarya lewat kata sebagai pemanis perasaan yang peka. Tabik !


order yuk mari... http://www.leutikaprio.com/produk/11028/kumpulan_puisi/1105119/ketika_aku_berjalan/1104991/kunangkunang_flp_lampung

cerpenku: Rumah kanibal


Namaku hitam elegan. Teman-teman sesama penghuni kelurahan Kemiling kota Bandar Lampung ini yang menjulukiku begitu. Aku tentu bangga. Dengan paduan warna hitam, abu-abu, dan merah aku memang terlihat begitu elegan. Sudah satu tahun usiaku. Sejak akan dilahirkan, manusia yang akan menempatiku menginginkan aku sesempurna mungkin. Dengan biaya yang tidak sedikit, aku diciptakan. Hasilnya, tidak ada yang menyangkal aku begitu rupawan. Desain yang modern, luas, dan mantap. Teman-temanku banyak yang iri. Mereka bilang betapa beruntungnya diriku. Bahkan manusia yang melewatiku tak sedikit yang berdecak kagum. Aku berdiri kokoh tanpa cela. Berkali-kali aku mengucap syukur. Menjadi tempat bernaung dan berkumpulnya satu keluarga bahagia adalah tujuan untuk apa aku ada.

cerpenku: Kujahit sayapmu kanda


Tahun ke dua belas sejak pernikahan kita, Kanda. Tepat terulangnya malam yang sama, saat kalender menunjukkan tanggal dua puluh sembilan di bulan november. Kala itu tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan. Ba’da maghrib, ditemani lantunan gerimis yang basah. Aku kaget luar biasa, tak menyangka sosok yang tiba-tiba menyeruak dari langit malam itu ternyata dirimu. Entah mengapa aku mulai gugup, jantungku berdegup cepat tak karuan. Canggung kau bersalaman dengan Abahku.  Patah-patah menyampaikan maksud kedatanganmu. Ingin mengajakku terbang bersama, katamu saat itu sambil melirikku yang menunduk dingin namun nyatanya sedang meredam gugup. Seketika itu, aku dapat melihat sayapmu yang indah, terkembang begitu sempurna. Sayap yang kokoh dan jelas mampu menerjang kerasnya angin kehidupan. Gerimis menjadi saksi kala itu, Kanda. Saat kuanggukan kepala, pertanda aku mulai mencintaimu.

cerpenku: coblos senyum


Siang yang panas. Semakin menyengat saja setelah lewat jam dua belas ini. Terlihat dari kejauhan fatamorgana air di jalan yang pelan-pelan dilalui pak Sumadi. Pria kurus hitam itu berkali-kali menyapu wajahnya dengan handuk kumal yang tersampir di bahunya, dengan tetap mendorong becak, sumber nafkahnya sehari-hari. Becak yang tak dinaiki karena lumayan babak belur kelihatannya. Roda yang tidak berbentuk lingkaran utuh lagi, sudah peot sana-sini, ban kempes di bagian depan sebelah kiri, juga engsel bagian bawah yang patah. Sial sekali hari ini, begitu rutuknya dalam hati.

Wajah letih itu menegang, menahan kekesalan, sebab tak diketahuinya mesti ditumpahkan pada siapa rasa kesal itu. Pada seorang Ibu dengan belanjaan penuh, penumpangnya tadi? Ah, justru itulah korbannya. Untung saja Ibu itu tidak seberapa marah, hanya teriak sekilas lalu meringis memegang lengannya yang memerah akibat becak pak Sumadi yang oleng dan jatuh begitu saja. Tapi apesnya Ibu itu tidak mau bayar.
“Anggap saja ganti rugi pak!” begitu katanya ketus tanpa menunggu tanggapan pak Sumadi. Padahal dia tadi mau keberatan, tapi tak juga dipanggilnya Ibu itu. Takut kalau balik marah membentaknya. Ditatapnya saja dari kejauhan si Ibu berjalan terseok-seok kearah rumah karena memang rumahnya tak jauh dari tempat kejadian becaknya oleng dan jatuh. Beberapa detik kemudian Ibu itu hilang setelah berbelok kearah gang sebelah kiri. Hilang sudah lima ribu melayang, keluhnya dalam hati, tapi yang keluar dari mulutnya hanya helaan nafas berat. Belum rejeki, hibur sudut hatinya yang lain.

Yang hilang

 1. tiada kebencian dihatinya
cerpen perdana ini saya buat saat duduk di bangku SMP. dimuat di majalah anka-anak Andaka. sayangnya arsip majalahnya hilang. dan saya tidak punya naskahnya T,T

2. Ikhtong
cerpen ini saya buat saat masuk sebagai anggota FLP. lebih besar kemungkinan bisa ditemukan *.*

3. Namaku Ramadhan
ini juga dibuat sebagai syarat masuk sebagai anggota FLP.

4. Matahari milik Suci
cerpen ini hilang sehari setelah saya menyelesaikannya. terformat bersama teman2 puisi dalam satu folder saat kompi saya di instal ulang.

*berharap suatu hari ketemu. kalaupun tidak, sebenarnya saya masih ingat ceritanya juga alurnya. doakan bisa kembali ditulis lagi ya?*

Friday 29 July 2011

secangkir kapucino dari mb dew^^

Saya sedang sendiri. lebih tepatnya merasa sendiri. atau lebih tepat lagi sedang menyendiri (opo toh num?hehe). berfikir, merenung, syukur, harap, cemas, semua...tentang usia

di satu sudut, duduk. memandang kosong ke depan. ketika tiba2 ada seseorang yang menghampiri saya. duduk disamping saya. memberi secangkir kapucino hangat, menepuk-nepuk bahu saya. ah, tidak berlebihan rasanya jika saya bisa menangis saat itu juga. *_*

seseorang itu, teman yang saya kenal lewat fesbuk. teman yang sudah menganggap saya seperti saudaranya, dan saya pun begitu. saya bicara, dan ia mendengarkan. saya khawatir, ia menjawabnya dengan harap. saya harap, ia menjawabnya dengan semangat. dan inilah secangkir kapucino itu....(lengkapnya disini)

Tuesday 26 July 2011

dua puluh tujuh: dua puluh empat



Bismillahirrahmaanirrahiim...

27 juli 2011. Pukul 04.30 a.m. Umur 24.

Tak ada yang istimewa sebenarnya. Toh, saya pun tak begitu membuat hari lahir menjadi istimewa. Beberapa kali saya lupa. Beberapa kali sengaja lupa. Entahlah. Saya hanya surprise sendiri dengan angka dua puluh empat. Bukankah itu jumlah yang tidak sedikit? Di titik itu, sedang dimana saya berdiri? Apa yang sudah saya dapat? Dan apa yang sudah saya perjuangkan?

Entah sejak kapan. Rasanya masih sama. Rasa yang mungkin suatu saat terkenang. Memorabilia tentang perjuangan. I hope it. Ya! Saya sedang berjuang. Seperti ber-takterhingga mahluk-mahlukNya dimuka bumi. Sebab memang hidup adalah perjuangan.

Someday after this darkness clear up
I hope the warm sunshine dries these tears
But wait it’ll come
Although the night is long, the sun comes up

Tuesday 19 July 2011

paradoks: i'm in unclear

Bismillahirrahmaanirrahiim...

entah sudah seberapa sering saya menyebut diri sendiri tidak jelas. linglung. bingung. bahkan gila.

saya tau itu tidak baik. terlebih saat saya berfikir seperti itu, ada malaikat lewat yang mengaminkannya (i'm not hope it!). saya mungkin sedang takut. akan buramnya cermin dihadapan. setelah selama ini semua nampak jelas. zona aman tepatnya. saya seolah terombang-ambing tentang keputusan yang harus saya ambil
antara ridho Allah, bahagia mami abi, keinginan hati, juga pandangan skeptis sana sini

Ah, saya selalu bersyukur atas cintaNya yang begitu meluap-luap. sudah lama saya kurang menikmati alunan cintaNya, pun merasai tiap jejak ungkapan cintaNya. maksudnya?

menjadi senja menjadi autumn

aku bahagia (meski ada yang mengatakan terpaksa bahagia) menjadi senja. siap tergelincir jika memang harus begitu. jika memang saatnya langit berubah gelap. toh nantinya juga akan datang pagi. akan datang mentari :)

aku bahagia (meski beberapa orang menertawakanku, hanya beberapa) menjadi autumn. merasa kepedihan demi kepedihan. perjuangan yang entah sampai kapan ada muaranya. toh, banyak manusia yang lebih pedih proses autumnnya. masih banyak yang hidupnya tertimpa ujian yang mendera-dera. bukankah itu juga satu bentuk kasih sayangNya? Allah. Rabbku. Rabb kita. maka, tugasku hanya menjalani sepenuh hati dan tetap berbagi suka pada sesama ;)

aku bahagia. seperti detik ini. kala aku menatap senja.

Tuesday 12 July 2011

about: bintang


Kenapa ya...
Setiap kali melirik bintang. Bawaannya romantis, syahdu, tenang, apalagi kalau sedang nelangsa...
seolah ‘dia’ ada disana. Mendoakanku agar kuat melangkah (maunya,hehe)

entah kenapa juga...
setiap kali melirik bintang. yang saya cari bukan yang paling terang. bukan yang paling dekat dengan bulan. sebaliknya. saya cari yang paling jauh, yang paling kecil, paling redup.

hanya ingin jalan. itu saja!


Bismillahirrahmaanirrahiim...

Last capek liat berita yang malah bikin pusing. Saya lebih memilih mematikan tipi n menghidupkan kompi. Sama-sama kotak sih. Tapi maaf tipi, kamu masih kalah memikat dibanding kompi (mehehe).

Masih berdengung-dengung efek dari berita fatwa haram MUI terhadap orang ‘kaya’ yang menggunakan bahan bakar premium. Saya tidak ingin membahas sisi inti. Terlepas dari pendapat-pendapat dari segala lini. Toh, saya bukan ahlinya. Saya juga bukan orang ‘kaya’ yang kalau saya jadi mereka tidak menutup kemungkinan saya juga menggunakan bb premium. Hey! Siapa yang bisa menyanggah, karakter manusiawi jika setiap orang lebih memilih barang yang murah dengan kualitas tidak jauh beda. Minimisasi biaya atau maksimisasi keuntungan. Menurut saya yang sedang menggunakan kacamata orang awam, kebijakan pemerintahlah yang tidak tepat sasaran. Memberi subsidi bb premium dengan harapan hanya mereka yang ‘miskin’lah penggunanya. Kenyataan yang terjadi –pasti terjadi- adalah subsidi membengkak. Pertamax ga laku. Pemerintah tidak bisa membendung pembelian bb premium.

About: Bintang

Kenapa ya...
Setiap kali melirik bintang. Bawaannya romantis, syahdu, tenang, apalagi kalau sedang nelangsa...
seolah ‘dia’ ada disana. Mendoakanku agar kuat melangkah (maunya,hehe)

entah kenapa juga...
setiap kali melirik bintang. yang saya cari bukan yang paling terang. bukan yang paling dekat dengan bulan. sebaliknya. saya cari yang paling jauh, yang paling kecil, paling redup.

apa ini ada kolerasinya dengan 'dia' yang saya harapkan sederhana saja. tak begitu berkilau hingga tak juga diperhatikan banyak sorot mata.

bagaimanapun 'dia'. namanya tetap bintang. iya kan?

> bisa tau mana yang paling kecil, paling redup, paling jauh? <
maaf saja. kalau cuma saya yang tau :P
*geje.com










-pondoksemesta-
dalam cengkeraman mellow, 07.30 p.m.

Sunday 10 July 2011

Antologi Rumah Air

Telah terbit di LeutikaPrio!!!

Judul : Rumah Air
Penulis : Lucky Andrean Sanusi
Tebal : vii + 189 hlmn
Harga : Rp. 42.200,-
ISBN : 978-602-225-010-4

Sinopsis:

Rumah air, antologi cerpen dan puisi, buku perdana group taman sastra yang ditulis oleh para pemenang lomba juara (judul awal rumah)

Karya Penulis berasal dari ngeblog dan fesbuker acap kali membuat kita terkagum-kagum. Bayangkan, dari segala penjuru dunia berkumpul di jagat maya, buku ini adalah salah satu bukti, keren dan patut dimiliki!
( Pipit Senja, Novelis Indonesia )

Rumah Air

Telah terbit di LeutikaPrio!!!

Judul : Rumah Air
Penulis : Lucky Andrean Sanusi
Tebal : vii + 189 hlmn
Harga : Rp. 42.200,-
ISBN : 978-602-225-010-4

Sinopsis:

Rumah air, antologi cerpen dan puisi, buku perdana group taman sastra yang ditulis oleh para pemenang lomba juara (judul awal rumah)

Karya Penulis berasal dari ngeblog dan fesbuker acap kali membuat kita terkagum-kagum. Bayangkan, dari segala penjuru dunia berkumpul di jagat maya, buku ini adalah salah satu bukti, keren dan patut dimiliki!
( Pipit Senja, Novelis Indonesia )


Cerpen-cerpen dan puisi-puisi dalam buku ini sebagian memanglah dicipta oleh para pemula di jagat tulis-menulis karya sastra. Tapi dari segi kualitas, tidak kalah dari mereka yang ‘duluan nongol’. Sangat bagus dibaca buat perbandingan.
(Dwi Bagus MB, Penulis dan Editor)

Taman Sastra berhasil melahirkan bibit-bibit baru sastrawan bertalenta. Ini adalah kabar baik bagi perkembangan literasi bangsa. Buku ini adalah salah satu bukti, banyak talenta hasil godokan Taman Sastra yang suatu hari nanti akan melesat tinggi.
(Fachmy Casofa, Penulis dan Trainer Kepenulisan writhink.wordpress.com)

RUMAH AIR, sebuah Antologi Cerpen dan Puisi hasil karya 33 orang penulis, yang bercerita tentang lingkungan paling dekat dan utama bagi kita, yaitu RUMAH.

Inilah 33 penulis yang ada di dalam buku ini :
nama pena penulis – judul cerpen – judul puisi
1. Lia arrumaisha - rumah pohon impian - toples-toples air mata
2. Lamhot susanti saragih- rumah rindu : dunia dalam anganku - dalam perjalanan pulang
3. Amerul rizki - rumah hujan - kisah dari hujan
4. Ade anita - rumah umak – pulang
5. Rara roe - rumah pasir yang terhempaskan - dan tidak akan pernah
6. Havez annamir - rumah bintang - untuk ibuku
7. Edu badrus shaleh - rumah puisi - rumah tepi
8. Yoba agung oknando - rumah kedua - rumah cinta
9. Akhi dirman al-amin - rumah cinta yang ku damba - kupu-kupu di telan malam
10. Lucky andrean sanusi – rumah air – tafakkur diri
11. Dang aji sidik - rumah reot - seandainya masih ada cinta
12. Okti li - rumah berkalang ombak - terpenjara suka
13. Sinta agustina - rumah tua - s e p i
14. Afif mudrik - rumah api - kearifan lelaki renta
15. Lonyenk - rumah semut - bayi-bayi luka
16. Evatya luna - rumahku surgaku - rumah masa depan
17. Rossy meilani - rumah perut bumi - white malvern
18. Akh mul - rumah kardus - senandung kaum pinggiran
19. Fadila hanum - rumah kanibal - andai dosa busuk baunya
20. Muhibbat at thabary - rumah gerimis - pesan untuk langit
21. Fitri amaliyah batubara - rumah hati - rumah perempuanmu
22. Robin bie wijaya - rumah atap langit - wanita berbaju syahdu
23. Winda krisnadefa - rumah kertas zoia - untuk harap dan mimpi
24. Intan hs - rumah suami - kalbu kayu
25. Heri jip-ajip - rumah roda - purnama tanggal 14
26. Mutaminah - rumah pelangi - aku pulang
27. Arieska arif - rumah 911 - laskar pemimpi menulis
28. Dian anggrahini p - rumahku, rumah joglo - rumahku, rumah joglo
29. Muhammad haddiy - rumah badai yang mengeram amuk dlm diri - rumah doa beratap badai
30. Muna masyari - rumah cinta dalam tenda - ayat-ayat ibu
31. Sparkling autumn - rumah, merah-putih dan cinta - penyair atau penyihir
32. Cerminan kristal – rumah pondok gede – risalah sahabat
33. Dinar ‘atfa’ cholifah – rumah abadi yang menjadi rumah tinggal mereka – rumah abadi kita


Dengan membaca buku ini, kita akan menemukan makna filosofis sebuah rumah dari berbagai aspek dan sudut pandang serta beragam kisah yang menghiasi di dalamnya. Mutiara makna yang luput dari pandangan sehari-hari akan kita selami di sini

(ppsssstttttt.....yang berwarna merah adalah cerpen perdana kedua adik kerenku^^, paksaan yang tidak sia-sia,hehe. yang berwarna hijau adalah cerpen kerenku,hehe)

tribute to: (alm) Dinar atfa cholifah. penulis muda yang penuh semangat. belum sempat saya mengenalnya. tapi lewat mereka yang begitu kehilangan n cerpen rumah abadinya adalah bukti bahwa dinar memang luar biasa. semoga menjadi amal ibadah bagi beliau, amin Allahumma amiin

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order, all!!Telah terbit di LeutikaPrio!!!Telah terbit di LeutikaPrio!!!
Telah terbit di LeutikaPrio!!!

Saturday 9 July 2011

Senja dan Autumn



Aku bahagia (meski ada yang mengatakan terpaksa bahagia) menjadi senja. siap tergelincir jika memang harus begitu. jika memang saatnya langit berubah gelap. toh nantinya juga akan datang pagi. akan datang mentari :)

Aku bahagia (meski beberapa orang menertawakanku, hanya beberapa) menjadi autumn. merasa kepedihan demi kepedihan. perjuangan yang entah sampai kapan ada muaranya. toh, banyak manusia yang lebih pedih proses autumnnya. masih banyak yang hidupnya tertimpa ujian yang mendera-dera. bukankah itu juga satu bentuk kasih sayangNya? Allah. Rabbku. Rabb kita. maka, tugasku hanya menjalani sepenuh hati dan tetap berbagi suka pada sesama ;)

Aku bahagia. seperti detik ini. kala aku menatap senja.



sedang bercermin.

mampukah?

semoga



juga seolah merasa menjadi bagian dari 'mereka'.

bisakah?

pun semoga



Wednesday 6 July 2011

Come, Little Leaves

"Come, little leaves," said the wind one day.
"Come over the meadows with me and play;
Put on your dresses of red and gold,
For summer is gone and the days grow cold

Soon as the leaves heard the wind's loud call,
Down they came fluttering, one and all;
Over the brown fields they danced and flew,
Singing the sweet little song they knew.

"Cricket, good-bye, we've been friends so long,
Little brook, sing us your farewell song;
Say you're sorry to see us go;
Ah! you will miss us, right well we know.

"Dear little lambs, in your fleecy fold,
Mother will keep you from harm and cold;
Fondly we've watched you in vale and glade,
Say, will you dream of our loving shade?"

Sunday 3 July 2011

masih

belum usai...

dalam siklus...

masih...

berjuanglah, anum...

puisi pembangun jiwa

Puisi karya Rabi’ah al-Adawiyah ini.Subhanallah sekali loh.. bisa jadi pembakar semangat n keyakinan akan janji Allah untuk hamba2Nya…(Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik). Kalo novelnya kang abik disebut novel pembangun jiwa, nah puisi ini bolehlah disebut puisi pembangun jiwa (hehehe….se tew benget)
cinta yang indah, pacaran yang indah akan membuat seluruh alam bertasbih n mendoakan kita.. cinta dalam pacaran yang terjalin setelah pernikahan.. setelah diikat secara halal oleh Allah SWT… intinya serahkan segalanya pada Allah karena hanya Dia yang tau yang terbaik buat kita....Let’s to pray and wish Allah gives the best for us..

untuk sekarang.......supaya ga zina hati, yuk ah.. jaga hati kita..


Ya Allah … Jagalah mujahidku untukku… dan begitu pula aku… Jagalah aku untuknya… Dan apabila kau telah mempertemukan kami.. jadikan cinta itu tumbuh karena cintaMu, pancaran cahayanya berasal dari pancaran cahaya cintaMu....amin ya Robbal ’alamiin
Wallahu’alam bisshawab…


Friday 1 July 2011

About: pondok autumn

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Dengan menyebut namaNya, saya buat blog ini. Terhitung ini adalah blog ke enam yang saya ciptakan. Bisa ditebak, kelima blog sebelumnya...saya gagal mempertahankan kekonsistenan saya dalam mengurus mereka (2 blogspot, 1 wordpress, 1 multiply, 1 blogfriendster). Wah, mempertahankan memang selalu sulit. Termasuk tetap intens menulis. Pun ketika saya lagi-lagi beralasan: susah sekali bisa apdet tulisan saat tidak bisa setiap waktu posting di internet.

Entahlah...nyatanya, saya benar-benar tidak lagi mengapdet blog2 itu.;(

about: mb dew dan si ijo ^^

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Entah kenapa mood menulis saya buruk akhir2 ini. Saya belum terbiasa menulis rutin. Satu-satunya yang membuat saya betah nulis berlama-lama baru sebatas deadline. Fiuh... saya lebih sering sibuk dengan pikiran saya sendiri tanpa dituliskan setelahnya...:(

Sebenarnya tulisan ini sudah dibuat sejak bulan mei lalu. Start awal mei setelah satu jam saya habis menyantap si ijo manisnya mbak dew. Tidak ingin langsung berkomentar, sebab ingin memberi tulisan ini sebagai surprise. Tapi lagi-lagi terbentur mood. Sampai hari ini saya berazzam merampungkannya. Suer mbak! Hari ini selesai.^^