Saturday 31 December 2011

bisakah?

Dengan pedenya saya pernah bilang (dengan diri sendiri). Bahwa emosi saya sangat bisa saya kontrol mulai sekarang. Tidak lagi mudah marah dan melakukan tindakan-tindakan bodoh. Mampu bersikap tenang.

Dengan kepala dingin mulai kembali merunut sebab, mengapa saya sampai sekesal ini, mengapa saya semarah ini. Lantas mencoba menyelesaikannya dengan baik-baik.

Ah, ternyata itu masih teori teman. Saya masih tak bisa mengontrol emosi. Mengontrol ekspresi tidak suka pada sesuatu atau pada sesiapa. Terlalu jelas. Saya bisa begitu saja panas sampai ke ubun-ubun. Mungkin tidak perlu dilihat. Saya saja tidak berani melihat cermin.

Friday 30 December 2011

gelembung sabun


Ialah sekat yang membatasi tersampainya amal
titik-titik membentuk jelaga
kata-kata indah cermin shalihahnya diri
apalah arti jika nyatanya buruk disana sini…

Bagi saya, niat tak ubahnya seperti gelembung-gelembung sabun yang saya tiupkan perlahan. sangat hati-hati agar ia bisa berbentuk bulat sempurna. saat mengambang, tertiup angin, pecah di udara, ataupun terjatuh di suatu tempat. kembali saya tuipkan perlahan. kembali sangat hati-hati. kembali pecah. kembali ditiup lagi. kembali sangat hati-hati. begitu terus. seperti siklus yang tak habis-habisnya. 

Pertanyaan-pertanyaanku dan jawaban-jawabanMu

Beri aku jawaban duhai pemilik langit. Atas tanya yang berkelebat tak henti. Beri aku jawaban. Atas apa yang telah berlaku di bumi. Beri aku jawaban. Kumohon.

Kuberi kau kesempatan untuk mengajukan lima pertanyaan terbesar dalam hidupmu…

*Kaget. Bingung. Siapa orang ini? Sesosok orang tua berwajah menyenangkan*

Semua manusia sesungguhnya memiliki pertanyaan-pertanyaannya kepada pemilik langit dan bumi. Kepada Sang Maha. Tentang hidup. Mengapa begini? Mengapa begitu? Mengapa aku harus melalui semua ini? Mengapa semua yang terlihat dirasa tidak adil. Mengapa? Berjuta mengapa. Mengambang penuh sesak dalam ruang jarak antara bumi dan langit. Dan kau hanya buih kecil dari samudera tanya, anak muda.

Thursday 29 December 2011

Sketsa 17

Ini dia buku keren hasil karya pondok network:





Jas Merah

Sebagai generasi yang baik hati dan murah senyum (hehe), saya akan mengikuti nasihat dari kakek soekarno (kakek? iya. bapak saya seumuran lah dengan salah satu anaknya pak karno itu). beliau berpesan, jas merah! jangan sekali-kali melupakan sejarah. nah, sejarah pondok semesta pun tidak boleh terlupa :) boleh dibaca, apalagi dihapal, meski tidak akan keluar di ujian sejarah :D

Pada suatu hari, di pertengahan tahun 2010. saya kembali mengaktifkan akun fb yang sudah cukup lama saya nonaktifkan (sekitar 1 tahunan). bukan suatu kebetulan saya bisa mampir di salah satu note yang entah milik siapa. note itu berisi info lomba yang diadakan oleh taman sastra. lomba membuat cerpen dengan tema 'JUARA' judul awal rumah. saya suka sekali dengan tema ini. tema yang membuat saya berfikir keras mencari ide-ide yang tak biasa. bisa belajar dari setiap naskah peserta lain (yang memang dipublikasikan di note masing2 peserta).