Monday 16 June 2014

Kebaikan Onil


“Hoek! Bau apa ini?!” teriak Rae si rusa kaget. Bau busuk tiba-tiba tercium hidungnya
“Hoek! Iya nih! Bau sekali!” Zee si Zebra ikut-ikutan berteriak. Zebra-zebra lainnya juga mencium bau yang sama.
“Kamu buang angin ya?”
“Enak saja! Kamu tuh yang buang angin!”
Mereka saling menyalahkan.

Tiba-tiba ada yang muncul dari permukaan sungai. Itu Onil si Kuda nil yang sejak tadi asyik berendam.
“Maaf ya teman-teman, aku yang buang angin.” ujar Onildengan santai. Ia bahkan kembali buang angin. Onilmembuka mulutnya lebar-lebar. Saking lebarnya, satu ekor rusa tentu bisa masuk ke dalam mulutnya itu. Dan, olala tercium kembali bau busuk itu.
“Kamu ini jorok sekali kuda nil!” ujar Zeekesal
“Iya, masa buang angin dari mulut!” Raemenambahi
Onil hanya menyengir lebar. Memang kenyataannya begitu. Semua kuda nil memang buang angin dari mulut.
“Tempat kamu makan kok sama dengan tempat buang angin? Huek! Mengerikan!” ejek Rae sambil tertawa
“Ahahahaha! Ahahahahaha!” Zee dan semua zebra ikut tertawa
Onil menjadi malu sekali. Rasanya ingin sekali ia menangis.
“Lihat dong, Onil berkaca-kaca. Sebentar lagi menangis tuh. Hahahaha. Badan besar tapi menangis seperti bayi. Hahahaha.”
Mereka sudah keterlaluan. Onil ingin sekali mengejar dan memberi mereka pelajaran dengan satu serudukan. Tapi Onil tahu, kalau itu ia lakukan. Mereka akan mati. Onilbukan hewan jahat. Ia memilih diam dan pergi. Onil menuju sungai yang lebih dalam untuk berendam.
Berendam sangat mengasyikan. Onildapat melupakan kejadian tidak menyenangkan tadi. Walaupun memang benar ia buang angin lewat mulut. Tapi mereka juga tidak bisa mengejeknya seperti itu. Ah sudahlah, lupakan saja.
Onil sedang asyik berendam, saat ia mendengar jeritan minta tolong,
“Tolong!”
Bukankah itu suara Rae?
“Tolong kami!”
Bukankah itu suara Zee tan teman-temannya? Ada apa dengan mereka?
Onill tak menunggu lama. Ia bergegas keluar dari sungai dan berlari ke arah suara jeritan. Tampak olehnya seekor Harimau mengejar Raedan rombongan Zee yang berlari kocar-kacir.
Onil dapat berlari cepat meskipun tubuhnya amat besar. Sekuat tenaga ia mengumpulkan nafas. Dan,
Hoaaaa....!
Onil buang angin lewat mulutnya. Tepat di depan wajah Harimau. Seketika Harimau itu kaget dan pingsan.
Rae dan rombongan Zee jatuh tersungkur kelelahan. Mereka masih kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Hampir saja salah satu dari mereka menjadi santapan Harimau. Ternyata Onil buang angin dari mulut itu ada gunanya juga.
“Terima kasih Onil,” ucap Rae terbata-bata. Ia masih lemas ketakutan.
“Maafkan kami ya. Kami sudah mengejekmu tadi. Tapi kamu justru menolong kami,” ujar Zeesambil menangis.
“Maaf ya Onil!” mereka semua meminta maaf dengan tulus.

Onil mengangguk dan tersenyum lebar. Membalas keburukan dengan kebaikan itu menyenangkan sekali ya?

(Lampung Post, 15 Juni 2014)

Sunday 15 June 2014

Family Entertraining ----> Muhammad Teladanku

Teladan terbaik. Manusia terbaik. Pemimpin terbaik. Dialah Muhammad SAW. Sirah beliau harus selalu kita baca, pelajari, tanamkan dalam diri untuk meneladani. Sajian lengkap teatrikal, musik, lagu, dan sirah Muhammad SAW yang disampaikan dengan penuh penghayatan. Sajian dari hati. Menyentuh sekali.

Insyaallah, akan kumulai menjadi keluarga pencinta rasul. Yang dalam setiap langkah terus meneladani dan menularkan keteladanan pada generasi penerus islam.


Nice qoute: Jadilah seperti JEMBATAN. Jembatan antara masa lalu yaitu sirah rasulullah dengan masa depan yaitu masa generasi sekarang. sebuah jembatan tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu atau pun masa depan. Tapi ia tahu, siapa saja yang berjalan diatasnya.

Bismillahirrahmaanirrahiim ;)

Wednesday 11 June 2014

Al Farabi

Tidak terasa, anak-anakku. Satu tahun sudah berlalu. Rasanya baru kemarin bertatap muka dengan kalian untuk pertama kali. Satu dua malu-malu bersembunyi di belakang umi. Satu dua duduk rapi di hari pertama sekolah. Waktu itu, bu Hanum tertawa geli. Di sekolah kita, tidak ada istilah bangku milik siapa. Setiap hari berganti-ganti.

Ah, rasanya baru kemarin nak. Bu Hanum dan bu Nining mencoba menghapal nama kalian satu persatu. Memahami diri kalian. Mendekat dari hati. Meminta kalian satu persatu membaca buku cerita. 13 dari kalian belum lancar membaca dan menulis. Dan kini, bahagia itu nak. Mendengar kalian membaca dengan lancar. Melihat kalian menulis dengan baik sekali. Itu kebahagian yang tak terkira ;)







Ada kenangan yang tak mungkin dapat Bu guru lupa. Dari anak-anak kelas 1 Al Farabi yang membanggakan. Menghitung hari, nak. Kalian akan menginjak kelas 2. Terus melangkah. Menyongsong masa depan. Semoga cita-cita kalian yang sering diucap sembari melompat dan mengucap takbir. Benar-benar diijabah Allah SWT. Aamiin.

Mengenang kembali, yel-yel kelas 1 Al Farabi:

"Cita-cita setinggi angkasa
Slalu semangat juga ceria
Rajin belajar tak lupa berdoa
Itu kami anak sholeh dan sholehah

Kami ada di kelas paling oke
AL FARABI
Kami ada di kelas paling pede
AL FARABI

Menuntut ilmu pantang menyerah
Agar dapat menggapai cita-cita
Di akhirat mendapatkan surga"

AL FARABI!
SMILE
S  - Smart
M - Mandiri
I   - Islami
L  - Luar biasa
E  - Energik

AL FARABI!
ALLAHU AKBAR!!

Serial Simbiosis :)



Tuesday 10 June 2014

Hari Baru Rosta

Rosta kurcaci terlihat lesu sepulang dari kebun anggur. Langkahnya gontai. Tak ada senyum di wajahnya. Tak ada lagu-lagu riang yang biasa ia nyanyikan sepanjang jalan.
“Rosta? Kau baik-baik saja?” tanya Odi kurcaci, tetangganya.
Rosta tak menjawab. Odi mengikuti Rosta berbelok ke rumah jamurnya.
“Ada apa denganmu, Rosta? Kau sakit??!” tanya Odi lagi.
Rosta menoleh. Ia baru menyadari keberadaan Odi.
“Sakit? Aku tidak sakit.” jawab Rosta pelan.  Ia duduk di teras rumah. Odi ikut duduk di sebelahnya.

 “Semangatku hilang, Odi. Tidak tahu apa sebabnya.” ujar Rosta lesu. Ia menghela nafas panjang. Akhir-akhir ini Rosta merasa semangatnya menghilang entah kemana.
“Mungkin kau hanya bosan, Rosta.” tebak Odi.
“Bosan?”
“Ya. Bosan dengan rutinitas yang sama setiap hari.” ujar Odi yakin. Rosta menatapnya tak mengerti
“Kau selalu melakukan hal sama bukan? Bangun tidur. Mandi. Pergi ke kebun. Pulang. Istirahat. Esoknya seperti itu lagi.”
Rosta mengangguk.
“Coba lihat penampilanmu. Dari topi, baju, celana, bahkan sepatu selalu berwarna merah. Lihat juga, ujung topimu selalu menggelayut ke arah kanan. ” ujar Odi sembari tertawa.
Rosta tersenyum tipis. Hm, mungkin Odi benar. Semangatnya hilang karena ia bosan.
 “Cobalah sesuatu yang berbeda, Rosta. Semoga semangatmu bisa kembali.” saran Odi.
Keesokan harinya. Rosta memutuskan untuk mencoba saran Odi. Saat bangun tidur, Rosta tak lekas mandi. Ia membuka jendela kamar. menghirup nafas dalam-dalam. Udara segar terasa masuk ke rongga hidungnya. Senyum Rosta mengembang saat melihat ke luar jendela. Ia baru tahu, bunga lily yang ditanamnya sebulan yang lalu, kini sudah bermekaran indah.
Setelah mandi, Rosta memutuskan untuk memakai pakaian baru berwarna biru. Sebenarnya bukan baru. Pakaian itu hadiah Odi saat ia berulang tahun tiga bulan lalu. Tak lupa, ujung topinya dibiarkan Rosta menggelayut ke kiri.
“Kau tampil berbeda hari ini, Rosta. Tampak lebih segar dengan warna biru.” sapa Odi sumringah.
“Sesuai saranmu, Odi.” jawab Rosta tersenyum malu mengingat hadiah dari Odi yang baru dipakainya.
“Baiklah Rosta. Selamat memulai hari baru,” sahut Odi sembari berlalu.
Rosta memilih jalan berbeda menuju kebun anggur. Tidak ke arah kiri melewati rumah-rumah jamur yang berjejer rapi seperti biasanya. Tapi ke arah kanan melewati kebun kopi yang sejuk dan asri. Rosta kembali menghirup nafas dalam-dalam. Ah! segarnya. Senyum Rosta kembali mengembang.
Tak lama, Rosta melewati sungai kecil. Dilihatnya dua kurcaci cilik berlari-lari tak sabar menuju jembatan. Itu si kembar Lola dan Lota. Keduanya tampak berdiri di sisi kanan jembatan.
“Aku bisa mendapat nilai terbaik!” teriak Lola sambil melempar sesuatu ke dalam sungai.
“Aku bisa mendapat nilai paling baik dari yang terbaik!” teriak Lota tak mau kalah. Mereka lantas tertawa bersama-sama.
 “Apa yang sedang kalian lempar, kurcaci-kurcaci cantik?” tanya Rosta penasaran.
“Oh, ini koin harapan, Paman Rosta. Hanya main-main. Tapi bisa membuat kami lebih semangat menghadapi ujian sekolah hari ini.”jelas Lota antusias.
Koin harapan? Lola menyodorkan sekeping koin berwarna perak itu pada Rosta. Sepertinya menarik untuk dicoba.
“Semangatku bisa kembali!” teriak Rosta sambil melempar koin itu. Lola dan Lota tertawa. Rosta pun ikut tertawa. Sudah lama ia tidak tertawa lepas seperti itu. Tiba-tiba Rosta merasa bahagia dan bersemangat.
Rosta melanjutkan perjalanan. Langkah kakinya lebih cepat dan mantap. Senyumnya mengembang lebih lama.
Rosta hampir sampai di kebunnya, saat melihat pelangi muncul tiba-tiba. di sela-sela pohon pinus. Pelangi itu berbentuk seperti tangga. Tampak sesosok peri berlari lantas terbang kearahnya.
 “Hei, kau Rosta kurcaci, bukan?” tanya peri itu tiba-tiba.
“Oh, hei! Peri Tosca?!” ucap Rosta terkejut. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan peri baik hati yang pernah ditolongnya itu.
“Akhirnya aku menemukanmu, Rosta. Esok lusa, aku akan dilantik menjadi salah satu peri pelangi. Aku ingin mengundangmu ke negeri pelangi. Kuharap kau bisa datang. Kau ingin sekali melihat sungai warna yang terkenal itu bukan?  Kau harus datang, Rosta! Akan ada jembatan pelangi disini untuk membawamu kesana.” ujar peri Tosca panjang lebar.
“Tentu saja aku akan hadir, Peri!” jawab Rosta bahagia bukan main.
Semangat Rosta kini benar-benar kembali. Senyumnya melebar. Ia berlari-lari kecil sambil bernyanyi riang. Sampailah Rosta di kebun anggur. Di kebun sebelah, Bibi Selestia sedang memetik jamur. Rosta menegurnya dengan riang.
“Selamat pagi, Bibi Selestia.”
“Oh, selamat pagi Rosta. Aku nyaris tidak mengenalimu dengan warna biru. Kau terlihat lebih tampan.” ucap Bibi Selestia sambil tertawa. Rosta ikut tertawa mendengarnya.
Sekarang Rosta tahu, apa yang harus dilakukan jika semangatnya menghilang lagi. Cobalah hal baru dan berbeda.

***
(Dimuat di Majalah Bobo edisi 22 Mei 2014)

Tuesday 3 June 2014

Mimpi-mimpi yang Menyata



A.S.A

Ada asa yang kian membumbung kala suara terdengar menggebu.

Aku suka semangatmu cinta

juga lembutmu yang kurangkai menjadi senyum

terima kasih sudah membersamai waktu

kan selalu kutunggu :)