Tuesday, 10 June 2014

Hari Baru Rosta

Rosta kurcaci terlihat lesu sepulang dari kebun anggur. Langkahnya gontai. Tak ada senyum di wajahnya. Tak ada lagu-lagu riang yang biasa ia nyanyikan sepanjang jalan.
“Rosta? Kau baik-baik saja?” tanya Odi kurcaci, tetangganya.
Rosta tak menjawab. Odi mengikuti Rosta berbelok ke rumah jamurnya.
“Ada apa denganmu, Rosta? Kau sakit??!” tanya Odi lagi.
Rosta menoleh. Ia baru menyadari keberadaan Odi.
“Sakit? Aku tidak sakit.” jawab Rosta pelan.  Ia duduk di teras rumah. Odi ikut duduk di sebelahnya.

 “Semangatku hilang, Odi. Tidak tahu apa sebabnya.” ujar Rosta lesu. Ia menghela nafas panjang. Akhir-akhir ini Rosta merasa semangatnya menghilang entah kemana.
“Mungkin kau hanya bosan, Rosta.” tebak Odi.
“Bosan?”
“Ya. Bosan dengan rutinitas yang sama setiap hari.” ujar Odi yakin. Rosta menatapnya tak mengerti
“Kau selalu melakukan hal sama bukan? Bangun tidur. Mandi. Pergi ke kebun. Pulang. Istirahat. Esoknya seperti itu lagi.”
Rosta mengangguk.
“Coba lihat penampilanmu. Dari topi, baju, celana, bahkan sepatu selalu berwarna merah. Lihat juga, ujung topimu selalu menggelayut ke arah kanan. ” ujar Odi sembari tertawa.
Rosta tersenyum tipis. Hm, mungkin Odi benar. Semangatnya hilang karena ia bosan.
 “Cobalah sesuatu yang berbeda, Rosta. Semoga semangatmu bisa kembali.” saran Odi.
Keesokan harinya. Rosta memutuskan untuk mencoba saran Odi. Saat bangun tidur, Rosta tak lekas mandi. Ia membuka jendela kamar. menghirup nafas dalam-dalam. Udara segar terasa masuk ke rongga hidungnya. Senyum Rosta mengembang saat melihat ke luar jendela. Ia baru tahu, bunga lily yang ditanamnya sebulan yang lalu, kini sudah bermekaran indah.
Setelah mandi, Rosta memutuskan untuk memakai pakaian baru berwarna biru. Sebenarnya bukan baru. Pakaian itu hadiah Odi saat ia berulang tahun tiga bulan lalu. Tak lupa, ujung topinya dibiarkan Rosta menggelayut ke kiri.
“Kau tampil berbeda hari ini, Rosta. Tampak lebih segar dengan warna biru.” sapa Odi sumringah.
“Sesuai saranmu, Odi.” jawab Rosta tersenyum malu mengingat hadiah dari Odi yang baru dipakainya.
“Baiklah Rosta. Selamat memulai hari baru,” sahut Odi sembari berlalu.
Rosta memilih jalan berbeda menuju kebun anggur. Tidak ke arah kiri melewati rumah-rumah jamur yang berjejer rapi seperti biasanya. Tapi ke arah kanan melewati kebun kopi yang sejuk dan asri. Rosta kembali menghirup nafas dalam-dalam. Ah! segarnya. Senyum Rosta kembali mengembang.
Tak lama, Rosta melewati sungai kecil. Dilihatnya dua kurcaci cilik berlari-lari tak sabar menuju jembatan. Itu si kembar Lola dan Lota. Keduanya tampak berdiri di sisi kanan jembatan.
“Aku bisa mendapat nilai terbaik!” teriak Lola sambil melempar sesuatu ke dalam sungai.
“Aku bisa mendapat nilai paling baik dari yang terbaik!” teriak Lota tak mau kalah. Mereka lantas tertawa bersama-sama.
 “Apa yang sedang kalian lempar, kurcaci-kurcaci cantik?” tanya Rosta penasaran.
“Oh, ini koin harapan, Paman Rosta. Hanya main-main. Tapi bisa membuat kami lebih semangat menghadapi ujian sekolah hari ini.”jelas Lota antusias.
Koin harapan? Lola menyodorkan sekeping koin berwarna perak itu pada Rosta. Sepertinya menarik untuk dicoba.
“Semangatku bisa kembali!” teriak Rosta sambil melempar koin itu. Lola dan Lota tertawa. Rosta pun ikut tertawa. Sudah lama ia tidak tertawa lepas seperti itu. Tiba-tiba Rosta merasa bahagia dan bersemangat.
Rosta melanjutkan perjalanan. Langkah kakinya lebih cepat dan mantap. Senyumnya mengembang lebih lama.
Rosta hampir sampai di kebunnya, saat melihat pelangi muncul tiba-tiba. di sela-sela pohon pinus. Pelangi itu berbentuk seperti tangga. Tampak sesosok peri berlari lantas terbang kearahnya.
 “Hei, kau Rosta kurcaci, bukan?” tanya peri itu tiba-tiba.
“Oh, hei! Peri Tosca?!” ucap Rosta terkejut. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan peri baik hati yang pernah ditolongnya itu.
“Akhirnya aku menemukanmu, Rosta. Esok lusa, aku akan dilantik menjadi salah satu peri pelangi. Aku ingin mengundangmu ke negeri pelangi. Kuharap kau bisa datang. Kau ingin sekali melihat sungai warna yang terkenal itu bukan?  Kau harus datang, Rosta! Akan ada jembatan pelangi disini untuk membawamu kesana.” ujar peri Tosca panjang lebar.
“Tentu saja aku akan hadir, Peri!” jawab Rosta bahagia bukan main.
Semangat Rosta kini benar-benar kembali. Senyumnya melebar. Ia berlari-lari kecil sambil bernyanyi riang. Sampailah Rosta di kebun anggur. Di kebun sebelah, Bibi Selestia sedang memetik jamur. Rosta menegurnya dengan riang.
“Selamat pagi, Bibi Selestia.”
“Oh, selamat pagi Rosta. Aku nyaris tidak mengenalimu dengan warna biru. Kau terlihat lebih tampan.” ucap Bibi Selestia sambil tertawa. Rosta ikut tertawa mendengarnya.
Sekarang Rosta tahu, apa yang harus dilakukan jika semangatnya menghilang lagi. Cobalah hal baru dan berbeda.

***
(Dimuat di Majalah Bobo edisi 22 Mei 2014)

No comments:

Post a Comment