-Untukmu dalam ruang 14 Januari 2022-
Assalamu'alaikum num. apa kabar? masih ingat saya? saya yang bukan hanya namanya yang sama persis dengan kamu. tapi juga wajahnya, sifatnya, takdirnya, dirinya adalah kamu.
Iya saya. saya adalah dirimu 10 tahun yang lalu. dirimu yang entah sejak kapan mulai ragu dengan mimpi yang mulai kau rajut dengan susah payah. masih ingat kan? dengan dadamu yang terasa sesak sampai nafasmu harus kau ambil satu-satu kala itu. dengan airmatamu yang kau paksa berhenti namun hanya membuatnya bertambah deras alirannya. masih ingat kan?
Kamu tau num? jujur, saya masih ragu. masih khawatir. bahkan mulai mempertanyakan apakah kamu, apakah saya mampu? jujur lagi, saya mulai ingin membenci dirimu, diriku, diri kita. ingin. tapi tidak mungkin bisa kan saya setega itu? saya tau, tidak ada yang bisa mengerti diri kita selain diri kita sendiri. tidak perlu lagi kau beritahu itu. kamu kasihan. saya kasihan. kita kasihan.
Sudah lega kah dadamu sekarang? sudah tidak adakah airmata pilu itu? sedang dimana langkahmu kini berpijak? masih di tengah keraguan? atau diujung nestapa? mungkinkah di dalam bahagia?
Saya tidak akan lupa dan tidak akan mengingkari janji kita. bahwa apapun yang terjadi, tidak boleh kita membencinya bukan? ia yang ridhoNya tergantung pada ridhonya. ia yang 'sesungguhnya' menyayangi kita meski tidak bisa kita hilangkan tanya demi tanya: apakah? mungkinkah? benarkah? mengapa? pada beliau. sungguh, ialah sebab mimpimu dan mimpiku masih menyala bukan? itu yang kau katakan padaku sejak dulu. sejak kau mengerti betapa perjuangannya untuk kita dilaluinya dengan taruhan nyawa.
Saya tidak akan lupa dan (berusaha untuk) tidak akan mengingkari janji kita num. demi Rabbku dan Rabbmu num. demi Allah. sampai mati pun tak akan pernah terucap kata tak pantas untuknya. untuknya yang jika kita bandingkan pengorbanan dan cintanya untuk kita, tidak akan mampu kita melalui jalan ukur itu. sungguh. tidak akan. sungguh. tidak akan pernah. sungguh. sama sekali tidak akan pernah. meski bagaimanapun rasanya sesak di dada. meski apapun rasanya sakit itu mengeram dalam jiwa. tidak. itu tidak akan mampu menandingi cintanya. saya yakin itu num. sedang berusaha untuk terus meyakini itu. kamu juga ya? itulah salah satu cita terbesar kita bukan? membuatnya bahagia
Saya sedang berusaha untuk tetap tersenyum num :)
Sedang berusaha kembali mengais-ngais mimpi kita yang masih berserakan
Sedang berusaha kembali bangkit setelah terjatuh yang kesekian kali
Sedang memikirkan dirimu di masa 10 tahun yang akan datang
Sedang menulis surat untukmu
Kutunggu balasan darimu ya ;)
Tentu dengan tinta cinta dan bahagia, harus kau ceritakan tentanga mimpi kita untuknya yang di masamu kuharap menjadi nyata
Yakinlah. ia akan memberi senyumnya untuk kita :)
Bismillah...
-pondoksemesta,14 januari 2012-
No comments:
Post a Comment