Thursday, 21 June 2012

Iqra semesta: Belajar dari Debu

Sekian lama tak bisa bersahabat dengan debu, membuat saya mau tak mau memikirkan benda ringan yang satu ini. apa sebabnya ia yang nyaris tak memiliki massa, mampu membuat hidung saya dengan cepat terserang flu. sedikit saja bersinggungan, maka beberapa jam kedepan hidung saya akan gatal, memerah, mamfet (hehe), dan bernyanyi hatchi hatchi :D


Tapi pada akhirnya, bukan jawaban dari pertanyaan itu yang terpikirkan di benak saya. hal lain. debu. ringan. beredar dimana-mana. nyaris tak tampak. namun, jika dihitung jumlahnya. bisa saja debu itu terkumpul menjadi sebuah gunung. banyak. sangat banyak.


hm, belajar dari debu. berbuat baik dengan ringan. Berbuat baik ya berbuat baik. Tapi tak penting bagi  apakah kita akan di kenal atau tak dikenal. Berlalu begitu saja, bagai debu, ringan, dan beredar dimana-mana. Tak penting eksistensi “menjadi”. yang penting adalah "memberi".

Bukan tak mungkin. suatu masa. ketika kita sedang gemetaran menanti hasil timbangan kebaikan di yaumil hisab kelak. debu-debu kebaikan kita yang bertebaran di sepanjang episode kehidupan, tak disangka-sangka ditunjukkan olehNya. bukan tak mungkin. debu-debu kebaikan itu setinggi gunung. bukan tak mungkin. jauh lebih tinggi dari gunung. kejutan yang indah. aamiin


----
Sebuah sajak yang terserak dibelantara ilmu:

Seorang yang berilmu
Adalah debu yang hinggap di pintu kota ilmu
Senantiasa memberi hormat kepada angin yang menerbangkan serbuknya,
Kepada petani yang memupukinya
Ia haruslah memiliki hati yang seluas samudra
Meskipun sudah luas, ia selalu menerima saja air baru dari sungai manapun
Terkadang ia adalah mentari
Yang tidak kenal lelah untuk menyinari
Menyampaikan salam hangat semesta
Senantiasa membawa kita pada edaran-edaran baru jagat
Bahkan ia, hanya setetes air
Dijari sang Nabi yang ditumpahkan ke alunan ombak
Ia laksana buah
Bila sudah saat nya masak dan jatuh
Ia kan jatuh ke bawah

Debu debu di pintu kota Ilmu
Lebih menggunakan telinganya, matanya
Daripada mulutnya
Untuk mendengar siapa saja dan apa saja
Lalu meneliti dengan hati-hati
Mana yang pantas
Diam adalah kebijakannya
Ketenangannnya melampaui langit
Cita-citanya sederhana
Tapi perhatiannya terhadap sesuatu
Bagaikan paruh camar yang cepat mencuri ikan

(anonim)
-----


Bisakah menjadi debu? semoga

No comments:

Post a Comment