Tuesday 23 June 2015

Rumah itu bernama Cirebon

Hari ini, hari kedua saya tinggal di Cirebon. Ikut suami yang sudah merantau ke kota rebon sejak lulus SMA. Rasanya mengharu biru. Saya seperti orang bingung yang serba plin-plan. Dari pertama kami menikah bulan lalu, tepatnya tanggal 31 Mei 2015. Suami harus kembali ke Cirebon 5 hari kemudian. Sebagai pasangan yang baru menikah (Ihiiirr,hehe) tentu saya dilanda demam malarindu. Dia kembali ke Lampung dua pekan kemudian, di hari kedua bulan Ramadhan.

Kemarin, tepatnya tanggal 22 Juni 2015, saya ikut suami ke Cirebon. saya kembali dilanda malarindu. Baru sampai, saya sudah menangis terus menerus. Sampai sesegukan. Dan ya Allah, saya bersyukur dianugerahi Allah seorang suami yang begitu penyabar. Dia ikut meneteskan airmata. Katanya ikut haru.


Saya bilang maaf, suami bilang ga apa-apa menangis. Kalau mau, nanti diantar lagi pulang ke Lampung. Ketemu lagi pas mau lebaran. Kalau sudah siap tinggal di Cirebon baru dijemput lagi kesini.

Ya Allah, langsung nyeeesss hati ini. Saya melihat dalam-dalam matanya yang teduh itu. Dia memeluk saya dan bilang akan melakukan apapun supaya saya bisa nyaman. Saat itu, saat berdoa semoga Allah memantapkan hati saya di sini. Rindu itu wajar. Tapi saya akan memulai untuk membiasakan diri disini. Saya akan mulai menjadikan Cirebon sebagai rumah yang nyaman. Rindu itu, rindu yang sedang melanda saya saat ini, akan saya terjemahkan lewat doa. Doa untuk mami, abi, kakak adik, saudara2 di Lampung sana.

Sebab, sosok itu yang kini selalu ada didekat saya. Sebab dialah saya akan memulai semuanya disini. Sosok itu, sosok yang tidak pernah berkata tidak untuk apapun yang saya mau. Saya sangat mencintainya.

No comments:

Post a Comment