Dengan kepala dingin mulai kembali merunut sebab, mengapa saya sampai sekesal ini, mengapa saya semarah ini. Lantas mencoba menyelesaikannya dengan baik-baik.
Ah, ternyata itu masih teori teman. Saya masih tak bisa mengontrol emosi. Mengontrol ekspresi tidak suka pada sesuatu atau pada sesiapa. Terlalu jelas. Saya bisa begitu
saja panas sampai ke ubun-ubun. Mungkin tidak perlu dilihat. Saya saja tidak
berani melihat cermin.