Hanina kesal sekali. Alea sahabatnya, sudah dua hari ini bersikap menyebalkan. Alea sekarang suka bisik-bisik dengan Rizka. Padahal Hanina duduk disamping Alea.
Mereka bisik-bisik sepanjang jam sekolah. Sebelum bel masuk. Saat belajar. Saat istirahat. Bahkan saat akan pulang. Pasti yang mereka bicarakan Hanina. Siapa lagi? Rizka dan Alea bisik-bisik sambil melirik kearah Hanina. Setelah bisik-bisik, mereka tertawa cekikikan.
Tidak hanya itu. Alea dan Rizka kepergok sedang menulis sesuatu di kertas putih besar. Saat Hanina dekati. Mereka buru-buru membereskan dan memasukkan kertas itu kedalam laci. Mengapa sekarang Alea lebih akrab dengan Rizka? Padahal selama ini sahabatnya Alea ya Hanina. Huh, menyebalkan.
“Kenapa kalian bisik-bisik sih?” tanya Hanina. Ini tanya yang kedelapan sepanjang hari. Tapi Alea dan Rizka tidak mau menjawab. Hanya cuek dan pergi begitu saja. Hanina jadi bertambah kesal. Mengapa Alea jadi berubah seperti itu? Apa salah Hanina?
Awas saja. Alea dan Rizka akan Hanina adukan ke bu Warmi. Lihat saja. Biar mereka tahu rasa.
“Bu, Alea bisik-bisik sama Rizka. Pasti mereka lagi ngomongin Hanina. Pasti mereka lagi menjelek-jelekkan Hanina, bu.” Lapor Hanina sembari mendekati meja bu Warmi.
“Hanina, tidak boleh berburuk sangka seperti itu. Mungkin saja mereka memang sedang membicarakan Hanina. Tapi bukan berarti menjelek-jelekkan. Mungkin saja Alea dan Rizka sedang berbisik-bisik bilang, kok Hanina itu cantik sekali ya. Baik sekali ya.” Bu Warmi tersenyum sambil mengacak-acak kerudung Hanina.
Bibir Hanina mengerucut cemberut. Tidak mungkin lah mereka bisik-bisiknya seperti itu.
“Alea dan Rizka bisik-bisiknya sambil tertawa cekikikan, bu. Tidak mungkin bilang Hanina cantik. Hanina baik. “ Bibir Hanina lebih mengerucut. Bu Warmi tersenyum geli melihatnya.
“Baiklah. Agar lebih jelas, Hanina panggil Alea dan Rizka kesini.”
“Baik bu.”
Alea dan Rizka takut-takut melangkah ke meja bu Warmi. Hanina tersenyum puas melihatnya. Suruh siapa bisik-bisik begitu. Biar saja mereka diomeli bu Warmi, ucap Hanina dalam hati.
“Alea, Rizka. Benar kalian bisik-bisik membicarakan Hanina?”
Alea dan Rizka mengangguk
“Kalian menjelek-jelekkan Hanina?”
Kali ini, Alea dan Rizka mereka menggeleng
“Mereka tidak mau ngaku, bu. Harus dipaksa.” Seru Hanina kesal
“Alea dan Rizka, walaupun kalian tidak menjelek-jelekkan Hanina. Bisik-bisik di dekat teman itu juga tidak baik. Mengapa tidak baik? Karena bisik-bisik seperti itu akan membuat teman kalian berpikiran yang bukan-bukan. Merasa dijelek-jelekkan karena kalian bisik-bisik berdua sedangkan hanina ada di dekat kalian.”
Alea dan Rizka diam membisu. Mereka menunduk dalam-dalam
“Tidak seperti itu lagi ya, nak. Kalian kan teman baik?”
“Iya bu.”
“Nah, sekarang silahkan saling memaafkan.”
Alea dan Rizka mengulurkan tangan ke Hanina. Hanina senang sekaligus lega.
***
Hanina uring-uringan lagi hari ini. Meskipun kemarin Alea dan Rizka sudah meminta maaf. Tapi tetap saja Alea bersikap sama. Kali ini bukan bisik-bisik. Tapi menjauh saat Hanina dekati. Huh, rasanya Hanina ingin menangis deh.
Hanina melangkah lemas ke tempat duduknya. Bangku Alea masih kosong. Bangku Rizka juga. Mereka dimana? Apakah sedang membicarakan Hanina lagi?
Tak lama, bel masuk setelah istirahat terdengar. Hanina hendak mengambil alat tulis dan buku di dalam laci mejanya. Saat Hanina merogoh laci, tangannya merasakan sesuatu. Seperti menyentuh karton yang digulung. Apa ini?
Segera saja karton itu diambil Hanina. Tak lama, ia sudah membukanya. Disana tertulis besar-besar
Hanina....selamat ulang tahun ya....
Dibawah tulisan besar itu tergambar tiga orang anak perempuan bergandengan tangan sambil tersenyum. Mata hanina membelalak bahagia. Matanya berkaca-kaca. Ternyata Alea dan Rizka merencanakan kejutan ulang tahun untuk Hanina. Satu buah lukisan penuh warna bergambar mereka bertiga. Ternyata ini kertas putih besar yang disembunyikan darinya.
Hanina menyesal sudah berburuk sangka dengan Alea dan Rizka. Ternyata mereka sahabat yang baik.
Saat Hanina masih terharu melihat lukisan itu. Alea dan Rizka sedang berjalan kearahnya sambil tersenyum senang.
“Maaf ya, Hanina. Kami sempat membuatmu kesal. Habisnya kamu tidak pergi-pergi, sih. Selalu ada disamping kami. Jadi susah mau membuat kejutan ini.” seru Alea disambut anggukan kepala Rizka.
Hanina tersenyum lebar. Ia memeluk kedua sahabatnya itu
“Makasih ya teman-teman. Maaf juga karena Hanina sempat buruk sangka kemarin.”
Alea dan Rizka mengangguk kompak. Mereka bertiga masih berpelukan bahagia.
***
Selesai
No comments:
Post a Comment