“Mama, tahu tidak? Ibunya Aisya kabur dari rumah!” Sarah bersemangat memberitahu mama yang sedang asyik membaca buku di teras rumah.
“Sarah, sejak kapan kamu belajar bergosip?” Mama melirik Sarah tak suka.
“Ih Mama. Ini benar, ma. Sarah dengar sendiri dari ibu-ibu tetangga RT sebelah.” Sarah masih bersemangat menjelaskan. Tapi Mama terlihat tidak antusias mendengar berita heboh ini. Huh! Padahal sepanjang jalan tadi, Sarah sudah tak sabar ingin menceritakan kabar ini pada mama.
“Mau benar. Mau salah. Ngomongin orang lain alias bergosip itu tetap tidak baik.” Mama kembali asyik membaca buku. Dengan malas, Sarah masuk kedalam rumah.
“Menguping pembicaraan orang lain itu juga tidak baik, Sarah.”
“Ah, Mama tidak asyik!” Sarah menyahut kecewa.
***
“Ibunya Aisya kabur dari rumah?! Orang tuanya bertengkar hebat?!” Rahmi bertanya kaget saat mendengar kabar itu dari Intan. Susi disebelahnya antusias mendengarkan. Sedangkan Sarah ikut-ikutan mengangguk, membenarkan.
“Iya! Itulah alasannya mengapa kemarin dan hari ini Aisya tidak masuk sekolah.” Intan menjawab sok yakin. Ia terlihat semangat sekali.
Kabar itu dengan cepat menyebar ke seisi kelas. Kasian sekali Aisya. Akan tetapi selama ini Aisya anak yang sombong. Mentang-mentang anak orang kaya. Rumah Aisya memang paling bagus di kompleks pemukiman yang juga tempat tinggal Sarah dan Intan. Selama ini Aisya selalu diantar ayahnya dengan mobil, setiap pergi sekolah. Aisya juga pendiam.
“Mungkin saja orangtua Aisya akan bercerai karena bertengkar.” Intan kembali menyimpulkan sok yakin. Sarah dan teman-temannya terlihat semakin kaget.
Benarkah orangtua Aisya akan bercerai? Seperti artis di tivi-tivi? Artinya orangtua akan berpisah? Kasihan sekali Aisya.
***
“Ma, katanya orangtua Aisya bercerai. Apa iya ya, ma?”
Mamah mendelik kearah sarah yang belum juga masuk kamar berganti pakaian sekolah.
“Sarah, Mama kemarin bilang apa? Tidak baik membicarakan orang lain. Itu aib keluarga. Apalagi Aisya kan teman sekolah kamu. Satu kelas lagi.”
“Sarah kan cuma bertanya. Kenapa tidak baik?”
“Itu sama saja dengan menggosip. Menggosip itu tidak baik.”
“ Maksudnya bagaimana sih, ma?” Tanya sarah tidak mengerti
“Mama ambil contoh ya. Sarah kan walaupun sudah kelas 3 SD, masih juga takut tidur sendirian. Masih minta dikeloni mama kalau mau tidur. Masih juga makannya minta disuapkan. Belum lagi masih sering ngompol.”
Rona wajah Sarah memerah mendengarnya, “Ih mama. Kok malah ngomongin Sarah sih?”
“Nah, Sarah saja tidak suka kejelekannya Mama bahas kan? Padahal cuma Sarah sendiri yang mendengar. Coba kalau berita ini tersebar di sekolah. Sarah malu kan?” Tanya Mama
“Ya malu banget, ma.” Jawab Sarah cepat
“Nah, Aisya juga pasti malu kalau masalah keluarganya dibicarakan teman-temannya.”
Sarah mengangguk-angguk paham. Mama benar. Mulai besok Sarah tidak ingin membicarakan masalah keluarga Aisya. Kasihan Aisya. Aisya pasti malu sekali. Walaupun selama ini Aisya terlihat sombong. Tapi tetap saja Aisya teman Sarah kan?
***
“Sarah, kamu sudah dengar kalau Aisya masuk rumah sakit?” Intan membawa kabar pagi itu. Sarah tersentak. Masuk rumah sakit? Aisya sakit apa?
“Mungkin karena orangtuanya bertengkar. Saling lempar barang dan mengenai Aisya. Aisya terluka. Dan masuk rumah sakit deh.” Terang Intan lagi-lagi sok tahu.
“Hus! Intan keseringan nonton sinetron.” Protes Sarah galak.
Sarah ingat obrolan dengan mama kemarin. Sarah sudah berniat tidak membicarakan Aisya lagi. Teman-teman yang lain juga seharusnya tidak boleh. Tapi bagaimana memberitahunya ya? Saat Sarah sedang berpikir keras. Bel masuk sudah berdering. Hari ini pelajaran agama. Ibu lina, wali kelas mereka yang mengajar.
“Anak-anak, sebelum memulai pelajaran. Ibu ingin menyampaikan satu hal. Nanti siang sepulang sekolah kita akan menjenguk Aisya. Aisya masuk rumah sakit sejak dua hari yang lalu.” Seisi kelas hening mendengarkan.
“Ibu perhatikan, kalian terus saja membicarakan Aisya. Belum tahu berita sebenarnya. Sudah ribut ini itu.” Seisi kelas masih hening.
“Siapa yang mendengar kabar orangtua Aisya bertengkar?”
Tidak ada yang menjawab. Semua murid menunduk dalam-dalam.
“Berita sebenarnya, malam itu orangtua Aisya panik karena Aisya tiba-tiba pingsan. Ibunya menangis dan menjerit keras. Ayahnya sibuk menelepon rumah sakit dengan suara keras karena sangat panik. Aisya selama ini sedang sakit. Makanya Aisya terlihat pendiam dan jarang bermain. Karena Aisya memang tidak boleh terlalu lelah.” Ibu Lina menjelaskan panjang lebar.
Seisi kelas hening. Ternyata dugaan mereka selama ini salah. Sarah sangat menyesal. Intan juga. Teman-teman sekelas mereka juga. Mereka berjanji akan meminta maaf kepada Aisya. Mereka juga berjanji akan menjadi teman yang baik bagi Aisya.