Miko buru-buru meraih barang-barang yang berserakan. Sebelum Mama datang dan tahu, ia belum melakukan apapun di kamarnya.
Kotak tempat mainannya sudah tidak muat. Baiknya dibuang saja beberapa. Miko mengambil plastik kresek putih di sudut lemari. Ia mulai memilah mana yang akan dibuang.
Mobil tamiya sebenarnya masih bagus. Tapi sudah ketinggalan zaman. Toh, Papa sudah berjanji akan membelikan mobil tank super keluaran terbaru. Helikopter kerlap-kerlip ini juga. Sudah rusak.
Mana lagi ya? Hm, Miko melirik baju teddy bear yang tergeletak di pojok tempat tidur. Itu hadiah dari tante Lila. Uh, sebenarnya Miko tidak suka baju itu. Warnanya itu loh. Pink. Miko memasukkan semua itu ke dalam plastik kresek. Ia lalu berlari menuju tempat sampah di luar pagar rumah.
“Mikooo?!”
Itu suara Mama. Miko berhenti tepat di depan pagar rumah. Bak pemain basket handal, ia mengoper plastik kresek ke dalam tong sampah. Yah! Meleset. Plastik kresek itu justru masuk ke dalam selokan.
Saat hendak mengambil kembali plastik kresek, Miko tersandung, lalu jatuh. Lututnya terasa perih. Ia duduk sambil meringis.
“Keluar dari tubuhku!”
Miko nyaris tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Plastik kresek itu bisa bicara.
“Aku belum mau jadi sampah. Huhuhu.” Kali ini baju teddy bear yang bicara. Ia bahkan bisa menangis.
“Uh, aku bahkan sama sekali belum rusak!” keluh mobil Tamiya.
Helikopter kerlap-kerlip tak ikut bicara. Ia hanya tertunduk sedih.
Miko mengucek-ucek matanya. Belum habis rasa kagetnya. Tiba-tiba gulungan angin topan menghampiri mereka. Miko ingin berlari. Tapi percuma. Ia masuk ke dalam pusaran angin topan bersama sampah-sampahnya yang bisa bicara.
“Tidak! Aku tidak ingin ke negeri sampah!” jerit plastik kresek.
“Aku masih bisa digunakan!” jerit baju teddy bear.
Miko berteriak. Kepalanya pusing. Debu menutupi penglihatannya. Miko masih berteriak saat pusaran angin topan berhenti. Ia terdampar diatas sofa kotor.
“Lagi-lagi ada sampah yang datang.”
Miko terlonjak dari duduknya. Sofa kotor itu juga bisa bicara
“Ini dimana?” tanya Miko bingung.
“Negeri sampah.” jawab plastik kresek. Ia melirik Miko tak suka.
“Kalau Mama Miko yang menemukanku, aku pasti disimpan.” Gumam plastik kresek kesal.
“Manusia itu jahat sekali, bahkan anak juga dibuang jadi sampah.” Dengus botol kaca bekas yang tiba-tiba mendekat.
“Aku tidak dibuang!” jerit Miko. Ia sangat ketakutan. Sampah-sampah terlihat sejauh mata memandang. Beberapa mendekat ke arah Miko. Beberapa tidak peduli.
“Miko ikut terkena angin topan saat membuang kami.” Jelas helikopter kerlap-kerlap pelan.
“Itu pelajaran buatmu. Kau suka membuang-buang barang ke tempat sampah. Jadi hari ini kau juga jadi sampah.” Ujar mobil Tamiya kesal
Miko terduduk sedih. Matanya terasa perih. Ia ingin menangis.
“Huhuhu. Aku sangat bahagia saat kau memakaiku, Miko. Walaupun kau tidak menyukaiku. Aku tidak ingin menjadi sampah secepat ini. Aku lebih senang jika menjadi kain lap. Itu jauh lebih berguna. Huhuhu.” Baju teddy bear menangis sesegukan.
Sampah-sampah menatapnya tak suka.
“Aku, aku tidak tahu kalau kalian tidak suka dibuang.” ucap Miko terbata-bata.
“Anak egois!” ujar mobil Tamiya sinis
“Sudahlah, Tamiya.” ucap Helicopter kerlap-kerlip.
“Kembalikan aku ke rumahku. Aku berjanji tidak akan sembarangan membuang kalian lagi.” Miko memohon. Ia berusaha untuk tidak menangis.
“Kami tidak tahu caranya keluar dari sini.” Jawab helikopter kerlap-kerlip.
“Kau tahu, butuh waktu berapa lama sampai kami benar-benar menjadi sampah?” tanya botol kaca.
Miko menggeleng.
“Mobil Tamiya dan helikoptermu itu butuh waktu 450 tahun. Bajumu 40 tahun. Plastik kresek 100 tahun. Dan aku, 4000 tahun!” jelas botol kaca esmosi.
Miko terlongo kaget. Ia sama sekali tidak mengetahui itu sebelumnya.
“Manusia seharusnya memikirkan itu sebelum membuang kami.” sahut sofa kotor.
“Yah, mereka akan sadar saat bumi benar-benar tertutup oleh sampah!” tambah botol kaca.
“Kau bahkan membuang barang-barang yang masih dapat digunakan!” ujar plastik kresek kesal.
“Beri aku kesempatan!” jerit Miko mengiba
Tiba-tiba, angin topan kembali datang.
“Ini saatnya kau kembali. Sampaikan pada manusia yang lain. Gunakan kami sampai benar-benar tidak bisa digunakan lagi.” ucap sofa kotor.
Mata Miko berkaca-kaca. Ia mengangguk mantap. Tak lama, angin topan membawa Miko dan sampah-sampah itu masuk ke dalam pusarannya. Miko berteriak. Tak lama, Miko tersungkur di dekat selokan dan tong sampah.
Miko mengambil plastik kresek beserta isinya dari dalam selokan. Terngiang olehnya ucapan sofa kotor. Gunakan barang sampai benar-benar tidak bisa digunakan lagi. Miko berjanji akan melakukannya. Juga menyampaikan itu pada keluarga, teman, dan semua orang.
No comments:
Post a Comment