Friday, 23 May 2014

Semut dan Kutu daun

“Air itu sangat lezat. Warnanya putih seperti susu. Rasanya manis seperti madu.”
Tak sengaja, Semut mendengar dua ekor burung gereja bercakap-cakap. Air lezat? Seperti susu? Seperti madu? Wah, Semut jadi penasaran. Air apa itu? Semut memasang telinganya lekat-lekat.
“Dimana kau temukan air itu?” tanya teman burung gereja
“Di sarang kutu daun,” jawab si Burung gereja

Sarang kutu daun? Itu kan dekat sekali. Sarang kutu daun ada di atas pohon mahoni. Semut ingin sekali mencoba air itu. Sepertinya memang lezat sekali. Ia pulang ke sarang dan memberitahu teman-temannya tentang percakapan dua ekor burung gereja tadi.
Cerita Semut membuat heboh rakyat semut. Semua penasaran dengan rasa manis dari air milik kutu daun.
 “Kami juga penasaran dengan air milik kutu daun itu, Semut. Tapi kita tidak mungkin meminta bukan? Apalagi sampai mengambil paksa. Mencari remah-remah makanan sudah cukup bagi kita,” ucap Ratu semut
Ratu semut benar. Rakyat semut bukanlah hewan pengganggu. Semut menghela nafas, mungkin air milik kutu daun hanya menjadi impian kosong baginya. Semut berusaha melupakan rasa penasarannya tentang air milik kutu daun. Ia kembali menyibukkan diri dengan bekerja bersama teman-temannya.
Hari itu semut dan teman-temannya mencari remah-remah makanan di sekitar pohon mahoni. Cukup banyak hasil yang mereka dapatkan. Ketika mereka sedang siap-siap pulang ke sarang. Terdengarlah jeritan ketakutan dari atas pohon mahoni.
“Pergi! Jangan ganggu kami!”
“Hahahaha. Kami sudah meminta baik-baik. Kau tidak boleh pelit, Kutu daun!”
Terlihat oleh Semut, dua ekor burung gereja yang kemarin bercakap-cakap. Apakah mereka sedang mengambil air milik kutu daun secara paksa?
“Pergi kalian! Kami tidak akan memberi kalian satu tetes pun!”
Semut menoleh ke arah teman-temannya. Mereka sama-sama tahu apa yang akan mereka lakukan. Semut dan teman-temannya berlari menaiki pohon mahoni. Mereka menuju sarang kutu daun.
Sesampainya disana. Terlihat sarang kutu daun yang hampir robek. Lima ekor kutu daun tampak ketakutan. Dua ekor burung gereja masih berusaha mengambil air dari sarang kutu daun. Semut dan teman-temannya menaiki tubuh burung gereja. Tanpa ampun mereka menggigit bagian tubuh yang bisa digigit.
“Kurang ajar! Aduh! Sakit!”
“Aw! Sakit!”
Dua ekor burung gereja itu terbang tak tentu arah. Semut dan teman-temannya berhasil turun kembali ke ranting dan daun mahoni.
“Terima kasih, semut-semut. Kalian sudah menolong kami,” ucap salah satu kutu daun.
Semut dan teman-temannya mengangguk dan tersenyum.
“Hati-hatilah menjaga air lezat kalian itu, ujar Semut
“Bagaimana kau tahu kalau air kami ini lezat?” tanya kutu daun
“Aku hanya mendengar dari hewan lain.”
“Kalian boleh ikut menikmati air kami setiap hari, tapi ada syaratnya,” tawar kutu daun
“Apa syaratnya?” semua semut kompak bertanya
“Kalian bersedia membantu kami untuk menjaga sarang kami, bagaimana?” tanya kutu daun.

“Siap!” Semut dan teman-temannya menjawab dengan lantang. Mereka senang sekali. Akhirnya bisa menikmati air milik kutu daun itu setiap hari. Wah! Ternyata rasanya memang lezat sekali! Tunggu sampai Ratu semut ikut menikmati air ini.

No comments:

Post a Comment