Pupuy adalah seekor ulat coklat dengan bintik-bintik hitam di sekujur tubuhnya. Meskipun Pupuy terlihat tidak menarik saat ini, ia tetap percaya diri. Pupuy tahu suatu hari ia akan berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. Semua penghuni kebun ini yang berkata seperti itu.
"Hei, Pupuy. Makan saja kerjaanmu." tegur Obi si burung Pipit. Pagi itu ia bertengger di ranting pohon. Ada Pupuy yang sedang asyik memakan daun.
"Biar saja. Apa urusanmu Obi." jawab Pupuy tak perduli
"Kasihan kan Apo. Daunnya bisa habis kau makan."
"Aku sudah ijin kok. iya kan Apo?"
"Iya. Biar saja Obi. Pupuy juga sebentar lagi akan menjadi kepompong. Puasa berhari-hari sebelum menjadi kupu-kupu cantik." puji Apo si pohon alpukat. Pupuy menjadi bangga dipuji seperti itu.
"Tuh, dengar apa kata Apo. Tunggu saja sampai aku berubah menjadi kupu-kupu yang cantik." ucap Pupuy
"Kau tidak perlu marah, Pupuy. Aku kan tidak bermaksud mengejekmu."
"Ya sudah. Pergi sana. Aku lagi sibuk."
Pupuy kembali menikmati daun-daun milik Apo yang lezat. Obi terbang menjauh. Apo tertidur lelap di tengah desiran angin lembut.
Hari beranjak sore. Pupuy masih asyik menikmati daun-daun milik Apo. Terlihat rombongan lebah yang baru pulang menuju sarang.
"Cepat juga kalian terbang. Tapi sayap kalian kecil sekali ya. Harus mengepak berkali-kali agar tidak terjatuh. Hihihi." komentar Pupuy saat rombongan lebah melewatinya.
Rombongan lebah tidak menjawab. Mereka terlalu lelah seharian bekerja
"Kalau sayapku nanti akan lebih lebar dari tubuhku yang ramping. Aku bisa terbang bebas kesana-kemari tanpa perlu tergesa-gesa seperti kalian." ucap Pupuy lagi.
"Mengapa kamu mengatai kami seperti itu?" tanya salah satu lebah yang tidak tahan dengan komentar Pupuy. Ia terbang mendekat ke arah Pupuy.
Pupuy tak menjawab. Ia mencoba berkacak pinggang. Namun tangan-tangannya terlalu pendek untuk melakukan itu. Pupuy akhirnya bersender di ranting pohon. Tersenyum penuh percaya diri.
“Aku calon kupu-kupu yang sangat cantik. Akan jauh lebih cantik dibandingkan kalian. Jadi kalian jangan iri ya. Hihihihi,” ucap Pupuy lagi
“Kau sombong sekali.”
“Biar saja.”
Pupuy melenggang pergi. Tak dipedulikannya tatapan kesal dari rombongan lebah. Ia terus berjalan pelan menuruni tubuh Apo. Ia merasa sudah saatnya tubuhnya berubah. Tubuh ulatnya harus menjadi kepompong.
“Akhirnya saat yang kutunggu-tunggu datang juga!” sorak Pupuy
“Saat apa yang kau tunggu, Pupuy?” tanya Etal si tanaman talas.
“Saat aku berubah menjadi kepompong. Itu artinya aku akan segera menjadi kupu-kupu.” Jawab Pupuy dengan bangga
“Wah, kau pasti akan menjadi cantik sekali, Pupuy.” puji Etal. Kupu-kupu yang selama ini dikenalnya, semua berparas cantik. Kupu-kupu selalu mengundang decak kagum para penghuni kebun.
“Pasti dong!” jawab Pupuy makin bangga
Ia segera berjalan cepat. Tubuh gendut membuatnya susah bergerak. Namun Pupuy tidak patah semangat. Akhirnya ia tiba di ranting milik Ago si pohon mangga.
“Ago, ijinkan aku menjadi kepompong dan bergelantungan di rantingmu ya?”
“Silahkan Pupuy, dengan senang hati.” jawab Ago ramah.
Tak lama, Pupuy membungkus dirinya menjadi kepompong. Berhari-hari Pupuy berpuasa untuk kemudian dapat berubah menjadi kupu-kupu.
Hari itu pun tiba. Pupuy menunjukkan tanda-tanda akan berubah menjadi kupu-kupu. Perlahan-lahan Pupuy keluar dari kepompongnya dan tampaklah sosok kupu-kupu itu.
Tubuhnya berwarna kecoklatan. Dua antena kecil bertengger di atas kepalanya. Matanya hitam bulat. Dan sayapnya. Ini yang paling penting. Sayapnya berwarna… Oh tidak, mengapa sayap Pupuy berwarna coklat? Sama seperti warna tubuhnya. Tidak ada warna-warni indah. Hanya bintik-bintik hitam yang terkesan kusam. Sayap itu pun tidak begitu lebar. Tubuh coklatnya pun tidak bisa dibilang ramping.
Pupuy kaget bukan main. Mengapa sosoknya seperti ini? Sama sekali tidak cantik. Pupuy berkaca di atas permukaan air. Ia menangis tersedu-sedu menyadari betapa buruknya ia saat menjadi kupu-kupu.
Semua penghuni kebun mendengar tangisan Pupuy.
“Hai, kau pasti Pupuy yang telah berubah menjadi kupu-kupu cantik bukan?” tanya Apo si pohon alpukat. Pupuy tak menjawab. Tangisannya justru bertambah keras.
“Pupuy, mengapa kau menangis? Harusnya kau bahagia. Hari ini kau telah berubah menjadi kupu-kupu cantik,” hibur Ago si tanaman talas
“Kau mengejekku? Yang seperti ini kau bilang cantik?!” ucap Pupuy di tengah isak tangisnya.
“Kau memang cantik, Pupuy. Iya kan teman-teman?” tanya Ago pada semua penghuni kebun
“Iya, kau memang cantik, Pupuy,” jawab Apo, Ulil si ular hijau, Obi si burung pipit, rombongan lebah, sepasang jangkrik, dan Lala si belalang bersamaan.
“Kau cantik dengan sayap yang bisa membawamu terbang bebas kesana kemari. Kau cantik dengan senyum manismu dan sikap ramahmu. Kau sangat cantik dengan semua itu.” Ambu si pohon rambutan menambahi.
Semua penghuni kebun terus menghibur dan menyemangati Pupuy. Pupuy akhirnya sadar. Ia akan menjadi cantik dengan menjadi kupu-kupu yang baik hati. Tidak lagi sombong seperti kemarin-kemarin. Lihatlah, Pupuy si kupu-kupu amat cantik dengan senyuman pertamanya hari ini.
No comments:
Post a Comment